Ceria hanya terpancar diwajahku, tetapi tidak
dihatiku
Hujan batu kurasa jatuuh dihatiku, membuat
lubang luka yang semakin besar
Tanpa sadar, luka itu kubuat sendiri, semaki
perih dan aku tidak berusaha untuk mengobatinya
Ternyata benar apa kata seorang kawan
“berharap itu menyakitkan!”
Tapi tak apalah,itu memang resiko seorang
pemimpi ulung macam diriku ini
Aku tertawa kecil dalam hati,
mengeleng-gelengkan kepala tanda menyadari betapa bodoh diri
Aku mengangkat bendera putih tanda menyerah
Kebodohan tak akan pernah berujung kemenangan
Aku tersenyum kecut pada nuraniku sendiri
seraya berkata “sudahilah anganmu itu!”
Tapi dia malah menangis
Jelas itu membuatku mentertawakan lagi
kesedihanku
Kini aku memilih untuk memmbohongi dalamnya
hati
Dan kebodohan itu secara tidak langsung
melukai juga hati seorang laki-laki yang tulus
Aku berdusta padanya karena hatiku masih penuh
dengan harapan tentangmu
Sebenarnya aku tak ingin begini
Melukai hati yang tulus mencintai
Tapi aku sudah lelah menghadapi bekunya hatimu
Aku butuh pelampiasan!
Aku terus menentang hujan, tanpa perlindungan
Dan kau tetap dingin tak perduli
Aku tau sebabnya
Sebab yang harusnya benar-benar aku terima
Tapi aku tidak bisa!
Kau membiarkanku berlari sendiri dibawah
guyuran hujan tanpa berbuat apa-apa
Dan aku mengerti
Harus kumaklumi walau awan hitam bernaung jiwa
Semua kuterima
Maafkan aku wahai pengisi hati bermata indah
Maaf
Jakarta, Oktober 2011
(baru keposting) hehe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar