Sabtu, 04 Februari 2012

Langit Tak Lagi Biru


Ceria hanya terpancar diwajahku, tetapi tidak dihatiku
Hujan batu kurasa jatuuh dihatiku, membuat lubang luka yang semakin besar
Tanpa sadar, luka itu kubuat sendiri, semaki perih dan aku tidak berusaha untuk mengobatinya
Ternyata benar apa kata seorang kawan “berharap itu menyakitkan!”
Tapi tak apalah,itu memang resiko seorang pemimpi ulung macam diriku ini

Aku tertawa kecil dalam hati, mengeleng-gelengkan kepala tanda menyadari betapa bodoh diri
Aku mengangkat bendera putih tanda menyerah
Kebodohan tak akan pernah berujung kemenangan
Aku tersenyum kecut pada nuraniku sendiri seraya berkata “sudahilah anganmu itu!”
Tapi dia malah menangis
Jelas itu membuatku mentertawakan lagi kesedihanku

Kini aku memilih untuk memmbohongi dalamnya hati
Dan kebodohan itu secara tidak langsung melukai juga hati seorang laki-laki yang tulus
Aku berdusta padanya karena hatiku masih penuh dengan harapan tentangmu
Sebenarnya aku tak ingin begini
Melukai hati yang tulus mencintai
Tapi aku sudah lelah menghadapi bekunya hatimu
Aku butuh pelampiasan!

Aku terus menentang hujan, tanpa perlindungan
Dan kau tetap dingin tak perduli
Aku tau sebabnya
Sebab yang harusnya benar-benar aku terima
Tapi aku tidak bisa!

Kau membiarkanku berlari sendiri dibawah guyuran hujan tanpa berbuat apa-apa
Dan aku mengerti
Harus kumaklumi walau awan hitam bernaung jiwa
Semua kuterima
Maafkan aku wahai pengisi hati bermata indah
Maaf

Jakarta, Oktober 2011
For my dear, Rizqy Khawarismi Suwardi

(baru keposting) hehe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar