Minggu, 02 September 2012

Mirasih


Mirasih kecil melihat sendiri buku tulisnya melayang di udara
Mendarat tepat di kakinya yang tidak bersepatu
Hatinya gemetar diperlakukan bagai anjing sirkus
Kemiskinan menjadikannya bagai berak yang bahkan najis untuk di injak
Gedung megah tempatnya menggantungkan sejuta harapan telah diisi oleh demit-demit penghianat masa depan

Setiap pagi Mirasih kecil berlari mengejar waktu
untuk menerobos gerbang sekolahnya
Pekerjaan rumah yang tidak selesai menjadi alasan si Jangkung melempar lagi buku tulis Mirasih pagi ini
Dan lalu ia berkata :
“Pemalas! Kau lihat buku tulismu yang tipis ini! Sama seperti otakmu yang tipis!”
Mirasih menitikan air mata
Dipungutnya buku tulis itu
“Ini buku tulis bekas saya, Pak. Saat saya duduk di kelas lima, buku ini tidak habis saya gunakan. Masih kosong setengah halaman. Lalu saya merobek halaman-halaman depan yang sudah terisi, agar buku tulis ini bisa saya gunakan lagi. Ibu saya tidak sanggup membelikan buku tulis yang baru. Bapak tidak perlu khawatir, halaman-halaman berisi catatan pelajaran yang saya robek tidak serta-merta saya buang. Itu saya simpan untuk belajar sewaktu-waktu.”
Lalu riuh tawa dari seisi kelas
Mirasih celingukan :
Rupanya dunia sudah kekurangan cerita humor

Dan samar-samar Mirasih mendengar si Jangkung mengumpat pelan “dasar miskin!”
Lagi-lagi Mirasih hanya bisa gemetar
Berak yang najis untuk di injak, bahkan kini asik dibuat mainan oleh si Jangkung berijasah S1

Pelayanan gratis macam apa yang disediakan oleh negara ini untuk rakyatnya yang miskin?
Atas dasar apa mereka membantu Mirasih?
Atas dasar kemanusiaan yang meningkatkan citra positif
Atas dasar kemanusiaan dengan imbalan nilai ekonomi
Atas dasar kemanusiaan sebagai katrol keberhasilan kampanye politik
Atas dasar kemanusiaan yang tidak manusiawi

Kini Mirasih telah dewasa
Kecerdasaannya pun luar biasa
Sampai disuatu pagi, di ruang yang sunyi
Teriak Mirasih menggelegar
“Ulangi skripsimu!! Kau tau? Kurikulum itu bukan belajar dan mengajar! Kurikulum itu majikan! Sama seperti aku dan si Jangkung!”

Jakarta, 25 Juli 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar