Aku meneteskan air mata malam ini
Bukan soal cinta
Bukan derita
Dan juga bukan luapan isi keluh kesah
Air mata ini jatuh tanda rindu
Caranya menatap
Caranya berjalan
Caranya bersenda gurau dengan guyonan
Caranya menyemangati
Aku rindu sahabatku
Aku rindu kamu, Ndra
Kau banyak mengajariku
Tapi sama sekali tidak menggurui
Bahwa banyak hal terang yang dapat kita lihat
dari sudut hitam
Bahwa getir bisa dijadikan manis
Bahwa sakit bisa dijadikan pemacu
Aku rindu abangku
Aku rindu kamu, Ndra
Kau ingat aku kan, Ndra?
Aku yang dulu sempat jadi gurumu
Oh,bukan, bukan
Lebih tepatnya jadi konsultan dari sedikit
masalah hidupmu
Usiamu saat itu 28 tahun, dan aku 19 tahun
Kala itu aku berasa seperti kotbah pada Uztad
Uztad yang ditinggal Uztadzah. Haha
Aku menyematkan beberapa ayat dalam kalimat
penjabaranku
Padahal kau sepertinya lebih tahu
Itulah hebatnya kamu, Ndra
Aku rindu teman bicaraku
Aku rindu kamu, Ndra
Aku rindu melihatmu dengan kaos lusuh
Aku rindu duduk dibelakangmu saat kau
menunggangi kuda besimu
Aku rindu melihat kamu dengan segala
kesederhanaanmu
Aku rindu keberanianmu
Mataku semakin deras mengluapkan airnya
Aku rindu kamu, Ndra
Cepatlah bebas
Berikan aku sedikit pembelajaran hidup lagi
Sumpah,
gue gak kuat lagi nulisnya. Gue nangis dengan berlinangan air mata, tapi tanpa
suara. Gue kangen lo, Ndra. penjara bukan tempat lo..!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar