Alunan instument gitar dari Depapepe
menemani aktifitasku sore ini. Indah dan begitu menggugah. Bersama Malik dan Adi
aku mengerjakan proses editing pembuatan buku tahunan untuk SMA Negeri 59. Sebenarnya
tim kerja kami terdiri dari lima orang. Malik, Adi, Adly, Dina dan Aku sendiri.
Tapi karena alasan tertentu Adly dan Dina tidak bisa hadir dalam proses
pengerjaan editing ini. Adly sedang terikat pekerjaan Freeland entah dimana –padahal
ini juga harusnya adalah pekerjaan yang harus ia pertanggungjawabkan-,
sedangkan Dina mengalami sedikit masalah personal yang memaksanya untuk tidak
menghadiri kewajiban ini. Ya tak apalah, toh kami saling mengerti sebagai
anggota tim.
Lama kelamaan matahari mulai
turun dari singgahsananya, sudah pukul 17.30. Proses editing pun masih dalam
pengerjaan yang jauh dari kata ‘selesai’. Aku sedikit merasakan kantuk. Akhirnya
aku memilih untuk beranjak kesamping meja editing. Mengambil posisi duduk di
atas tempat tidur. Tempat kami mengerjakan proses ini memang disebuah kamar
milik Malik. Bukan dikantor. Karena tim kami sendiri baru terbentuk beberapa
bulan belakangan, jadi masih benar-benar baru merintis.
Aku memandang
sekelilingku, banyak kertas gambar yang berserakan disana-sini. Gambar-gambar
sketsa milikku. Aku sengaja membawanya untuk ditunjukan kepada Malik. Aku tertarik
untuk masuk menjadi anggota Gatherink, sebuah perkumpulan pencinta graffiti. Perkumpulan
para bomber. Dan yang aku tahu dari
Malik bahwa Gatherink belum memiliki banyak anggota, jadi aku tertarik
untuk bergabung sebagai anggota baru. Ya hitung-hitung menyalurkan hobi
menggambar yang selama ini sedikit terbengkalai akibat menumpuknya pekerjaan
yang harus diselesaikan.
Entah kenapa aku sudah tak sabar
untuk segera menjadi anggota Gatherink. Mungkin karena aku sudah terlalu jenuh
dengan aktifitasku belakangan ini yang tidak pernah lepas dari tujuan mencari
sejumlah uang untuk memenuhi kebutuhan hidupku. Aku jenuh. Lelah. Aku butuh
space untuk untuk meluangkan sepotong hobiku disela-sela kepadatan jadwal
harian yang tak kunjung senggang.
Haha, macam wanita karir yang
sudah sukses aku ini. Padahal nyatanya masih sangat jauh dari kata itu. Tapi yang
jelas aku berusaha dengan sangat agar kata itu tersematkan pada sepenggal
perjalanan hidup yang aku tempuh ini. Ya setidaknya aku sukses menjadi orang
yang paling bahagia didunia ini. Toh sukses itu universal, bukan hanya sebatas
mendapatkan materi yang berlimpah. Memiliki harta yang berlimpah itu bukan
suatu keinginan dalam hidupku, tapi KEHARUSAN. Aku tak mau miskin. Siapa yang
mau hidup miskin didunia ini?? Tidak ada! Jelas tidak ada! Miskin itu buta,
kawan. Menyiksa. Tak bisa memenuhi kebutuhan sendiri dan tidak bisa berbagi. Benar-benar
menakutkan!
Lalu bagaimana ini? Apakah menjadi
seorang bomber akan berakibat kekayaan untukku? Malah yang ada buang-buang
waktu, juga buang-buang uang! Ah, tak apalah, sekali lagi yang aku butuhkan saat
ini adalah me-refresh otakku yang mulai kepanasan. Ya supaya nantinya aku juga
dapat berpikir lebih cerah, agar menemukan jalan yang akan aku tuju agar
KEHARUSAN itu dapat terpenuhi.
Bomber kaya raya. Haha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar