Senin, 27 Februari 2012

Bomber Kaya Raya


Alunan instument gitar dari Depapepe menemani aktifitasku sore ini. Indah dan begitu menggugah. Bersama Malik dan Adi aku mengerjakan proses editing pembuatan buku tahunan untuk SMA Negeri 59. Sebenarnya tim kerja kami terdiri dari lima orang. Malik, Adi, Adly, Dina dan Aku sendiri. Tapi karena alasan tertentu Adly dan Dina tidak bisa hadir dalam proses pengerjaan editing ini. Adly sedang terikat pekerjaan Freeland entah dimana –padahal ini juga harusnya adalah pekerjaan yang harus ia pertanggungjawabkan-, sedangkan Dina mengalami sedikit masalah personal yang memaksanya untuk tidak menghadiri kewajiban ini. Ya tak apalah, toh kami saling mengerti sebagai anggota tim.
Lama kelamaan matahari mulai turun dari singgahsananya, sudah pukul 17.30. Proses editing pun masih dalam pengerjaan yang jauh dari kata ‘selesai’. Aku sedikit merasakan kantuk. Akhirnya aku memilih untuk beranjak kesamping meja editing. Mengambil posisi duduk di atas tempat tidur. Tempat kami mengerjakan proses ini memang disebuah kamar milik Malik. Bukan dikantor. Karena tim kami sendiri baru terbentuk beberapa bulan belakangan, jadi masih benar-benar baru merintis. 
Aku memandang sekelilingku, banyak kertas gambar yang berserakan disana-sini. Gambar-gambar sketsa milikku. Aku sengaja membawanya untuk ditunjukan kepada Malik. Aku tertarik untuk masuk menjadi anggota Gatherink, sebuah perkumpulan pencinta graffiti. Perkumpulan para bomber. Dan yang aku tahu dari  Malik bahwa Gatherink belum memiliki banyak anggota, jadi aku tertarik untuk bergabung sebagai anggota baru. Ya hitung-hitung menyalurkan hobi menggambar yang selama ini sedikit terbengkalai akibat menumpuknya pekerjaan yang harus diselesaikan.
Entah kenapa aku sudah tak sabar untuk segera menjadi anggota Gatherink. Mungkin karena aku sudah terlalu jenuh dengan aktifitasku belakangan ini yang tidak pernah lepas dari tujuan mencari sejumlah uang untuk memenuhi kebutuhan hidupku. Aku jenuh. Lelah. Aku butuh space untuk untuk meluangkan sepotong hobiku disela-sela kepadatan jadwal harian yang tak kunjung senggang.
Haha, macam wanita karir yang sudah sukses aku ini. Padahal nyatanya masih sangat jauh dari kata itu. Tapi yang jelas aku berusaha dengan sangat agar kata itu tersematkan pada sepenggal perjalanan hidup yang aku tempuh ini. Ya setidaknya aku sukses menjadi orang yang paling bahagia didunia ini. Toh sukses itu universal, bukan hanya sebatas mendapatkan materi yang berlimpah. Memiliki harta yang berlimpah itu bukan suatu keinginan dalam hidupku, tapi KEHARUSAN. Aku tak mau miskin. Siapa yang mau hidup miskin didunia ini?? Tidak ada! Jelas tidak ada! Miskin itu buta, kawan. Menyiksa. Tak bisa memenuhi kebutuhan sendiri dan tidak bisa berbagi. Benar-benar menakutkan!
Lalu bagaimana ini? Apakah menjadi seorang bomber akan berakibat kekayaan untukku? Malah yang ada buang-buang waktu, juga buang-buang uang! Ah, tak apalah, sekali lagi yang aku butuhkan saat ini adalah me-refresh otakku yang mulai kepanasan. Ya supaya nantinya aku juga dapat berpikir lebih cerah, agar menemukan jalan yang akan aku tuju agar KEHARUSAN itu dapat terpenuhi.
Bomber kaya raya. Haha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar