Diam sendiri di tengah padang Sahara
Melihatmu dari kejauhan tengah berjalan
Membawa sekantung kotoran unta yang kau seret
seret
Keningmu mengerut menahan terik raja siang
Aku yang tengah meneduh merasa kasihan
Tapi tetap tidak dapat berbuat apa-apa selain
menonton pemandangan itu
Dan kau juga tidak menuju kearah tempatku
duduk
Mungkin kau malu hingga memilih gubuk rusak
disampingku
Dengan penuh rasa bersalah kau memandangku
Lalu tiba-tiba mengirimkan satu senyuman
Aku tergugu
Hanya dapat membalas tatapanmu tanpa tersenyum
Marah dan muak telah membuncah didalam tubuhku
Mengalahkan rasa ingin mendekap jiwamu yang
tersiksa
Ribuan lalat hijau nemplok diatas badanmu yang
letih
Membuatku semakin jijik bahkan untuk sekedar
memandangmu
Kiloan kotoran unta yang kau bawa menjadi
beban yang tidak dapat kau lepaskan
Kau itu bodoh, padahal kotoran itu yang
membuatmu diserbu jutaan lalat hijau
Harusnya tadi ditengah perjalanan kau
meninggalkan karung itu
Atau mungkin lebih baik dibuang saja!
Ya, dibuang sembarangan saja!
Tapi itu rasanya tidak mungkin
Mengingat kamu adalah orang yang tidak pernah
mau dianggap bersalah
Mana bisa kau membuang atau meninggalkan apa
yang kau bawa-bawa?
Jika itu membuatmu merasa sempurna,
Justru itu pula yang membuatku tidak pernah memandangmu
sempurna!
Jakarta, 4 April 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar