Ratusan mahasiswa
berkumpul diacara yang berlangsung siang tadi, sebuah acara yang dibuat khusus
oleh salah satu sekolah tinggi design yang cukup terkemuka di Jakarta. Melihat
karya design yang mereka pamerkan hati saya sedikit iri, atau bahkan ada sedikit
rasa sebal. Entah mengapa, rasanya didalam hati muncul rasa dendam. Dendam yang
mengatakan “Saya bisa membuat karya yang lebih bagus dari yang dipamerkan saat
ini.” Dan tiba-tiba muncul lagi pertanyaan yang disebabkan oleh teriakan dendam
itu. Apakah saya bisa? Apakah akan lebih
baik dari karya-karya pameran ini?. Tapi seketika pertanyaan itu dapat saya
jawab sendiri. Ya, tentu bisa. Kenapa tidak? Saya selalu menganggap bahwa saya
ini seniman. Lebih tepatnya seniwati. Dan menurut kacamata saya sebagai seorang
seniman, seni itu tidak bisa dibanding-bandingkan. Apakah karya si A lebih baik
dari karya si B atau sebaliknya.
Seni bersifat idealis
bagi penciptanya, bagi pencetus karya itu sendiri. Sebuah kepuasan akan muncul
dari seorang seniman apabila karyanya berhasil ia selesaikan sesuai dengan ide
yang memang menjadi dasar lahirnya karya tersebut. Dan bagi seorang seniman
yang terpenting adalah karya yang ia hasilkan tidak peduli bagus atau buruk
menurut orang lain, tapi bagi diri sendiri. Gila kan? Ya, memang seorang pelaku
seni tidak pernah tidak gila! Mereka semua sinting! Tapi justru karena
kegilaannya tersebut mereka mendapat pengakuan.
Seni itu luas, inti
dari seni adalah keindahan. Lantas kenapa banyak dari para seniman dan seniwati
malah terlihat lebih berantakan dari orang ‘normal’ lainnya? Ya karna yang
menilai seorang pelaku seni itu ‘berantakan’ adalah individu yang bukan pelaku
seni. Bagi si senimannya sendiri, apa yang disebut orang awam ‘berantakan’
adalah seni menurutnya, adalah keindahan!
Wah, sudah terlalu
panjang saya bicara soal seni kali ini. Begitu menggebu-gebu. Tapi memang yang
namanya seni itu tidak pernah habis untuk dikaji. Baik itu pelakunya atau
hasilnya.
Oia, saya belum
menjelaskan mengapa saya begitu PD menyebutkan bahwa diri saya ini seorang
seniman. Oh, maap, seniwati maksudnya. Saya bisa dengan penuh percaya diri
menyebutkan bahwa saya seorang pelaku seni karena saya menghasilkan karya seni
secara produktif. Baik itu berupa
gambar, pertunjukan teater, lukisan diatas kanvas, menuangkan pemikiran lewat
sajak dan lain-lain. Memang semua orang bisa menghasilkan semua itu, siapa saja
bisa. Tapi apakah produktif?
Dan kebanyakan orang
mengira bahwa seniman itu adalah pekerjaan. Bukan, itu sangat salah. Seni itu
bukan lahan untuk bekerja mencari nilai ekonomi, tapi seni itu lahan untuk
memuaskan hasrat berkarya. Seniman itu profesi! Bukan pekerjaan!
Lantas apakah menutup kemungkinan bagi saya
untuk mengkomersilkan karya yang saya buat? Tidak sama sekali, sebuah seni
patut dihargai apapun bentuknya. Tidak terkecuali secara ekonomi. Jika menurut
saya karya yang saya buat ditawar dengan harga yang sesuai, mengapa tidak? Yang
jelas penghargaan itu dapat memacu saya untuk terus berkarya dan menghasilkan
karya yang lebih baik lagi, yaa.. sebagai seniwati tentunya!
Willibrordus Surendra Broto Rendra, salah satu seniman luar biasa. Favorit saya.
Jakarta, 31 Maret 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar