Yup, kalimat diatas adalah sebuah judul program
baru disalah satu stasiun TV swasta yang sering kali iklannya berkelebatan
disela-sela iklan komersil lainnya. Dan di iklan tersebut tergambar beberapa
potongan kegiatan apa saja yang sedang ESEBYE lakukan, mulai dari yang sedang
berbicara dibelakang podium dengan membaca teks di selembar kertas yang
dipegangnya (gak tau pidato gak tau baca puisi dah tuh), berjalan melambai
lambaikan tangan kearah puluhan kamera wartawan (kayak miss Indonesia) atau
bahkan yang sedang bercengkrama dengan keluarganya kayak di sinetron Keluarga Cemara.
Heii... Penting banget ya ada program kayak gitu
distasiun TV? Menguak kehidupan pribadi seorang presiden yang harusnya bukan
jadi konsumsi publik. Emangnya Presiden artis Ibukota yang lagi naik daun?
Haha. Gak abis pikir gue. Bener-bener gak abis pikir.
Program ini tuh ide siapa? Ide si pemilik stasiun
TV? Ide si pengarah program? Atau ide si presiden? Kalo itu ide si pemilik
stasiun TV apakah ia memperhitungkan rating dari tayangan itu ya? Yakin banget
apa program barunya itu dapet rating tinggi? i’m
not sure. Nah, kalo itu program ditayangin atas dasar ide si presiden, apa
sih alasan dia mengajukan program itu? biar kegiatan-kegiatan positifnya itu di
tonton sama rakyatnya? Terus biar rakyatnya yang nonton juga jadi punya mindset yang positif akan dirinya gitu?
Berani bayar berapa ya tuh presiden ke pihak stasiun TV untuk menayangkan
sisi-sisi positifnya?
Aduh, gila. Gue jadi banyak nanya gini. Lagian
ada-ada aja sih. Sumpah gak penting banget.
Untuk Bapak pemilik stasiun TV, mening hapuskan deh
tuh program gak jelas dari jadwal jam tayang. Ratingnya pasti kecil. Rakyat
juga males kali nonton presiden narsis yang pura-pura wibawa tapi sesekali
keceplosan mempertunjukan ketidakwibawaannya.
Mening ganti sama program talk show yang mengulas para kritikus dalam
mengkritik pemerintahan, biar audiens makin cerdas. Atau sekalian aja bikin
program yang bener-bener bisa menghibur rakyat yang udah pusing lantaran
bingung nyari uang buat makan. Tapi inget, yang bener-bener isinya hiburan loh,
bukan yang menciptakan pembodohan masal kayak sinetron-sinetron kebanyakan yang
gak mendidik dan gak jelas.
Sinetron
yang anaknya ketuker-tuker lah, menampilakan peran antagonis yang menghalalkan
segala cara untuk menang-lah, atau sinetron yang memasukan scene dimana ada naga lagi berantem sama elang dengan efek yang jauh
dari kata ‘layak tayang’. Ini tahun 2012 kali, bukan tahun 1913 yang jamannya
ngaca masih pake aer. Kalo perang naga sama elangnya dikemas dengan efek kayak
di film Avatar sih gak apa-apa. Lah ini, sama animasi Upin Ipin aja masih
bagusan animasi Upin Ipin kemana-mana.
Please doong maknai isi UUD 45 yang diisinya ada
kata-kata ‘mencerdaskan bangsa’. Jangan lagi-lagi memprioritaskan nilai
ekonomis buat diri sendiri atau memuaskan ideologi satu pihak yang gak
seharusnya. Namanya seni sih emang bebas, tapi pikiranlah sedikit ‘efek’ apa
yang timbul bagi yang orang yang turut serta menikmati karya itu sendiri. Kalo
karyanya untuk dinikmati sendiri sih gak perlu deh mempertimbangkan ‘efek’nya
buat orang lain. Nah ini kan enggak buat sendiri doang, tapi buat dikonsumsi
publik!
Dan untuk Bapak presidennya, tolong dong Pak
jangan mau kegiatan sehari-harinya jadi konsumsi publik. Jangan mencoba cara
seperti itu untuk mendapatkan atensi dari rakyat. Kalo Bapak sudah benar mengurus rakyat juga nanti dengan
sendirinya rakyat bisa mengenal Bapak sebagai pribadi sekaligus pemimpin yang
patut diacungi jempol. Wong ini saja mengurus rakyat masih berantakan, gimana
mau mendapatkan perhatian lebih dari rakyat? Apalagi mendapatkan nilai positif
dari rakyat? Gak mungkin. Satu kata deh buat Bapak, “MIMPI”!
Rakyat gak perlu tuh mencoba untuk ‘lebih dekat dengan presiden’
seperti judul program tersebut. Dalam kondisi Negara yang semerawut gini
harusnya presiden yang ‘lebih dekat
dengan rakyat’. Mengayomi rakyat, mengurus rakyat, memperhatikan rakyat dan
lain sebagainya. Kalo sudah dekat dengan rakyat seperti itu, otomatis rakyatpun
akan lebih dekat dengan presiden. Bahkan tanpa perlu adanya program reallty show segala.
Emangnya kehidupan Bapak sedramatis kisah orang
dalam Termehek-mehek sampai mendapatkan perhatian banyak dari audiens? Enggak,
Pak. Kehidupan Bapak itu men-je-mu-kan!
Gue. Rakyat. Gak butuh tau kehidupan Bapak kayak
gimana. Yang dibutuhkan oleh rakyat itu hilang dari rasa takut kelaparan, takut
putus sekolah dan takut dicurangi. Just
it. Gak muluk-muluk kok. Dan bapak juga gak perlu bikin program macem-macem
di TV untuk merealisasikan itu semua. Cukup pimpin rakyat-rakyat Bapak dengan
adil dan penuh rasa kasih sayang! Sederhana kan?
Jakarta, 2 Juni 2012
Disela-sela tugas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar