Minggu, 24 Februari 2013

Real me? Maybe

"Ta, mana postingan tentang kenegaraanmya? 'Sang Eksekutor' sibuk sama urusan pribadi mulu nih kayaknya."
Haha lucu juga denger salah seorang temen nanya begitu. Sepertinya beberapa orang menganggap gue adalah sesosok anak muda yang gemar mengkritik atau memberi komen atas kegiatan kenegaraan Repulik Indonesia tercinta ini deh, lebih spesifiknya adalah hal yang terkait masalah politik. Why? gue kan bukan pengamat politik kali, aktifis aja bukan. Gue cuma kerap kali menyampaikan pendapat atau aspirasi gue mengenai negara lewat beberapa kesempatan dan media. Ya salah satunya lewat blog gue ini.
Oke, gue sebelumnya pernah juga punya blog yang bener-bener berisi tentang argument-argument dari gue untuk pemerintahan RI. Nama blognya 'Sang Eksekutor', tapi blog itu udah lama banget gak gue buka, sampe akhirnya gue lupa sama passwordnya pas pengen mulai memposting lagi. Alhasil gue harus mengucapkan 'dadah bye-bye' sama 'Sang Eksekutor'.
Setelah merasa kangen dengan kegiatan posting memposting akhirnya gue membuat lagi blog baru yang sekarang email dan passwordnya gue tulis di binder kuliah gue. *biar ada pengingat kalo sewaktu-waktu lupa lagi hehe. Dan inilah blognya... Juwita Malam... hehe. Kayak yang gue tulis di postingan sebelumnya (Revolusi Nama), nama Juwita Malam adalah nama baru setelah sebelumnya gue menamakan blog gue ini dengan nama 'Sang Eksekutor'. Ya, niatnya sih emang mau meneruskan blog gue yang sebelumnya dengan nama yang sama. Tapi akhirnya gue mengubah namanya setelah di komen oleh beberapa orang yang merasa kalo nama 'Sang Eksekutor' terlalu mengerikan buat gue. haha.
Balik lagi ke topik awal yang menanyakan 'mana postingan kenegaraannya Ta?'. Oke, gue akuin sih emang sekarang gue lebih banyak mengisi blog gue dengan curhatan peribadi, ya lebih dari setengah isi blog ini emang gak jauh-jauh dari masalah pribadi gue. haha. Gak penting sumpah. Gak tau kenapa ya, sebenernya gue juga gak niat untuk menjadikan blog ini tempat sampah dari isi hati gue. Tapi ujug-ujug yang gue tulis ya begitu ya mau gimana lagi? haha. Dan anehnya, banyak komentar yang mengatakan 'mana nih the real itanya'? melow mulu...' ciyus? miapa? realnya itu gimana sih? gue aja gak tau. Hahaha.
Gue tau koq yang kalian maksud itu adalah gue dengan pemikiran liar gue akan negara. Tapi itu ya bukan the realnya Ita juga. Cuma iseng sih sebenernya. Iseng karena gue ngerasa gak punya tempat beraspirasi selain blog sendiri. hahaha.
Jadi, gue gak pernah merasa bahwa gue adalah seseorang yang segitu diplomatisnya ngomongin negara. Is't the real me. Tapi oke lah, kali ini gue mau mengkaitkan atau menyangkutkan sedikit tentang politik lagi. Yang lagi HOT nih, mengenai Pesta pemilihan Gubernur Jawa Barat.
Check This!



............................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................LOADING FAILED................................................................

Oh, Maap Pak, Bu, Otak saya gagal merangkumnya.. :D
*apa sih Taaaa? Hahahaha

Losing My Religion


Oh life, it's bigger
It's bigger than you
And you are not me
The lengths that I will go to
The distance in your eyes
Oh no, I've said too much
I've said enough

That's me in the corner
That's me in the spotlight
Losing my religion
Trying to keep up with you
And I don't know if I can do it
Oh no, I've said too much
I haven't said enough

I thought that I heard you laughing
I thought that I heard you sing
I think I thought I saw you try

Every whisper
Of every waking hour
I'm choosing my confessions
Trying to keep an eye on you
Like a hurt, lost and blinded fool, fool
Oh no, I've said too much
I've said enough

Consider this
Consider this, the hint of the century
Consider this, the slip
That brought me to my knees, failed
What if all these fantasies come
Flailing around
Now I've said too much

I thought that I heard you laughing
I thought that I heard you sing
I think I thought I saw you try

But that was just a dream
That was just a dream

That's me in the corner
That's me in the spotlight
Losing my religion
Trying to keep up with you
And I don't know if I can do it
Oh no, I've said too much
I haven't said enough

I thought that I heard you laughing
I thought that I heard you sing
I think I thought I saw you try

But that was just a dream
Try, cry, why try
That was just a dream
Just a dream
Just a dream, dream 

* see??? Akhirnya gue mampu mengingat lagi lirik lagu ini setelah bertahun-tahun yang lalu lagu ini tenggelam di bawah alam sadar gue. Thanks To ISA RAJA. You Remember me about R.E.M. Yeah, Losing My Religion.. hmmm? :D

Senin, 18 Februari 2013

Siapa Jodoh untuk Gadis Manis Bernama Ita? haha.


“Wah, Ita kakaknya udah pada nikah ya? Kapan nyusul? Cepet-cepet dong... perasaan gak pernah liat calonnya...”. Huh. Nyusul apaan? emang gue ketinggalan rombongan pake perlu nyusul-nyusul gitu? Ya, oke. Sekalipun emang gue ketinggalan rombongan, gue juga belum bisa nyusul dengan cepat, soalnya gue cuma naek becak-nya Mang Kosim. *Padahal Mang Kosim calo tanah.
Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu serta sodara-sodari yang saya cintai, please deh ngerti, saya, yang bernama lengkap Ita Juwita yang cantik sekali, manis bagai gulali, lucu ibarat burung kenari dan harum seperti daun kemangi ini masih sangat belia untuk bicara soal ‘ni-kah’.
Iya iya, gue tau itu mungkin sekedar guyon, tapi tetep aja gue risih dan sering kali nelen ludah setiap ngedengernya. Emang sih, kakak-kakak (cewek) gue nikah di usia yang muda, rata-rata umur 22-23 udah pada melepas masa lajang. Tapi kan ini bicara soal ITA JUWITA, soal gue sebagai pribadi yang belum siap nikah muda karena masih banyak hal yang pengen banget gue lakukan selama masih lajang ini. Lagi pula umur gue masih 21 kaliiiii... inget itu! 21! Ya... lima tahun lagi lah.. Insyallah. Amin. Hehe.
Terlepas dari belum berkeinginannya gue untuk nikah muda, emang gak ada salahnya sih gue punya ‘calon’ yang akan mengucapakan Ijab Kobul di lima tahun yang akan datang itu. Dengan itu, mungkin keadaan akan lebih tenang dan tentram karena Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu sekalian tidak perlu lagi mengkhawatirkan ‘adakah Jodoh buat Ita???’ hahaha. Ada kok ada,  Sloooowww..

Menentukan pilihan gak segampang yang dikira loh, butuh pertimbangan matang. Belum lagi kalo pilihan yang ada tidak sesuai dengan hati nurani gue, gimana bisa miliiiiih? Itu bakal ngebingungin.
Sama halnya kayak kebingungan gue waktu pemilukada Gubernur DKI Jakarta 11 Juli 2012 lalu. Gak ada yang bener-bener jadi pilihan gue, mau yang mukanya kumis semua kek, yang mukanya kotak-kotak atau yang mukanya batik-batik, semua kurang ‘sreg’ di hati gue. Tapi karena udah deadline ‘harus milih’ saat itu juga, ya mau gak mau gue harus pilih salah satu. Rasanya tuh bener-bener kayak gambling.
Sebernya sih ada yang gue pengen pilih, tapi dia yang gak mau dipilih dan gak mau nyalonin. Bertepuk sebelah tangan deh gue. Hahaha. Elo curhat ya Ta? Ironi. 
Itulah hal yang gue takutin dalam kehidupan percintaan gue, gue gak mau ada deadline ‘harus memilih’ diwaktu-waktu tertentu. Take it easy aja. Slow but sure. Ya emang sih gue punya target, yaitu lima tahun yang akan datang itu. Tapi kalo nyatanya gak sesuai target, ya santai aja. Itu namanya udah suratan. *asik.
Memilih itu tidak semudah kedengarannya. Pilihan yang diambil itu harus sesuai dengan hati nurani. Dalam masalah pencarian pasangan hidup, pilihan selalu bertautan dengan kriteria-kriteria tertentu yang harus dimiliki ‘calon’ pasangan yang dimaksud.  Kalo sudah menemukan kriteria-kriteria yang sesuai dengan apa yang kita inginkan didalam diri seseorang, bisa jadi orang itulah yang akan ditunjuk untuk menjadi ‘calon’nya. Betul? Betul lah...
Ngomong-ngomong masalah kriteria, gue juga punya loh beberapa kriteria calon pasangan yang gue idam-idamkan. Haha (jijik gak sih bacanya? Gue jijik nulisnya). Menurut gue penilaian itu dibagi menjadi dua, yaitu berdasarkan kriteria fisik dan pembawaan diri (sifat, sikap, pemikiran).
Oke, gue bakal bahas masalah fisik dulu. Hmm, ngomongin soal fisik, jangan pada berdusta deh untuk bilang “gue sih yang penting baik, gak peduli penampilan” haha, muna banget. Buat gue kata-kata itu malah nunjukin banget kalo yang ngomong itu emang diem-diem serius setengah mati nyari pasangan yang super ganteng atau cantik. Sekarang siapa sih yang gak suka sama ‘hal indah’ didepan matanya? Gue rasa nggak ada. Jadi gue yakin banget lo semua bakal setuju kalo gue bilang mayoritas manusia di bumi ini mempunyai keinginan untuk mendapatkan pasangan yang good looking. Sama hal-nya kayak gue.
But ‘good looking’  gak melulu bicara soal ganteng atau manis loh. Pernah ngerasain kan dimana saat lo ngeliat orang yang ganteng atau cantik tapi lo gak tertarik sama sekali? pendek kata, lo gak betah berlama-lama memandangnya. Karena setuju atau tidak, fisik juga harus didukung dengan penampilan agar terciptalah ‘good looking’ itu sendiri. Dan kalo bicara soal penampilan, tergantung taste masing-masing deh. Hehe.
Oke, gue paparkan secara gamblang taste gue masalah fisik maupun penampilan cowok, gue suka yang manis (gak ngebosenin diliat), gondrong (cowok gondrong itu punya nilai plus di mata gue), tidak lebih pendek dari gue, berpakaian sedikit cuek dan gak macem-macem (celana pendek atau Jeans robek-robek dipadu kaos polos atau kemeja dengan lengan digulung. Its cool. Tapi harus tau tempat juga, jangan ujug-ujug ke acara resmi pake setelan kayak gitu. Hehe). Yaaa kira-kira dari segi fisik dan penampilan cukup segitu aja. Gak muluk-mulukan?
Tapi jangan kira ketika gue menemukan cowok yang memenuhi kriteria diatas gue bisa langsung jatuh hati. Gue sering kali jadi il-feel kalo cowok yang menurut gue udah oke banget dari fisik dan penampilan tau-tau gak didukung sama pembawaan diri yang oke juga. Dan pembawaan diri yang oke menurut gue adalah pembawaan diri yang tidak akan pernah membuat gue il-feel luar biasa atas segala tingkah laku yang dilakukan dan pemikiran yang dilontarkan oleh si cowok. Karena ketika gue udah il-feel sama tuh cowok, maka ketika itu juga gue akan mengatakan ‘dadah-bye-bye’ disertai muntah-mutah berkepanjangan.

Ada beberapa contoh kasus ; Pertama, gue pernah il-feel setengah mati ketika tau cowok yang penampilannya udah oke menurut gue tau-tau gak nyambung kalo di ajak ngomong, artinya dia tidak berwawasan luas. Man, cowok itu sexy banget kalo cerdas. Cerdas itu pesonanya jauh lebih luar biasa dibanding ganteng. Dan gue, selalu tertarik sama cowok yang bisa bikin gue nganga plus ngeces dengan kecerdasaannya.
Kedua, waktu itu gue sempet dideketin sama cowok yang menurut gue sih oke, tapi ketika tau dia terlalu berlebihan dalam menujukan perasaannya ke gue, gue langsung il-feel seketika. Gimana nggak il-feel kalo tiap hari tau-tau tuh orang ada didepan rumah gue untuk ngenterin gue berangkat kuliah? Wuuuuaaahhh! Lo harus tau istilah ‘risih’ deh kayaknya. Lo tuh belom jadi siapa-siapa gue. Kenapa harus berlebihan gitu? Jangankan yang masih pedekate, sama pacar aja gue paling gak suka di anter-jemput tanpa konfimasi gitu. Udah gitu sok banget mengatur segala kehidupan gue lagi. Gue sebel cowok ribet. Cowok tuh harus asik! Dan yang perlu di-underline, di-bold dan di-Italic adalah : Elo siapa gueeee??? Kan gue belom ngasih respon apa-apa!
Ketiga, gue sempet jadian sama cowok gila yang super duper ngeselin karena cemburuan banget. Oke, gue gak il-feel sama sifatnya yang cemburuan banget itu, wajar. Tapi hal yang bikin gue il-feel adalah ketika gue sama dia lagi ribut gara-gara dia cemburu sama temen cowok gue, dia mengancam kalo dia bakal BUNUH DIRI kalo gue masih tetep deket sama temen-temen cowok gue. Bahkan masalah apapun akan dia hadapi dengan melakukan hal yang sama, yaitu mengancam bunuh diri! Dan parahnya, ancaman itu sempat beberapa kali dia lakukan karena gue memutuskan hubungan secara sepihak! Buset dah, setiap gue putusin, besoknya dia udah dirumah sakit dengan luka-luka tertentu, entah itu memar karena benturan kuat di kepala, sampe pergelangan tangan yang sengaja dia iris-iris sendiri. Dan mau gak mau gue harus ngebatalin keputusan gue untuk ninggalin dia.
Kenapa bunuh dirinya gak motong leher aja sih biar langsung mati dan gue akan dengan mudah ninggalin lo? Huh! Untung pada akhirnya gue punya keberanian untuk benar-benar mengakhiri hubungan gue sama dia tanpa mempedulikan dia mau mencoba bunuh diri lagi atau tidak. Gue gak tau dah tuh sekarang dia masih nafas apa enggak, gue bener-bener lari tanpa jejak setelah mutusin dia untuk yang terakhir kalinya itu. Sempet beberapa kali sahabat deketnya menelepon gue, tapi gak gue angkat. Entah mau ngasih gue kabar apa. Gue gak mau tau. Dan inti dari pengalaman gue ini adalah gue il-feel dengan cowok yang hidupnya full-of-drama-fiksi yang mengharu biru kayak sinetron-sinetron di Indonesia. Gila! Banyak-banyak nonton Opera Van Java deh, Bang! Haha.
Intinya sih cowok itu harus  ; cool, asik, punya selera humor yang lumayan, punya taste yang tinggi perihal karya seni (apapun), dan CERDAS. 

Bermalam di Jakarta


Ohhh.. ternyata begini toh Jakarta diwaktu dini hari? Gak ada sepi-sepinya gini ya? Hebring-hebring aja deh kayaknya, gak beda jauh sama siang. Bedanya ini redup aja. Jakarta redup, namun hebring. Hehe. Katro banget ya gue? padahal dari lahir gue udah menetap di Jakarta. Tapi baru kali ini berkeliaran di Jakarta dari malem sampe subuh. Dan itu sangat menyenangkan.
Kawasan Tebet emang cukup dikenal sebagai salah satu tempat gaul di Jakarta, setelah Kemang tentunya. Dari kalangan menengah keatas dan menengah kebawah bebas berdatangan silih berganti disini. Memang sih, spot antara kalangan menengah keatas dan menengah kebawahnya itu gak sama. Masing-masing punya tempatnya, sesuai dengan isi kantong. Kalo tebel ya bebas masuk ke zona high class yang ada disana, kalo kere ya masuk ke zona aman aja (aman dari mahalnya segelas kopi). Haha. Dan malam ini, gue berhasil menerobos kedua zona itu. Yes! *Senyum puas sambil merem melek kayak model iklan wafer yang lagi menikmati segigit wafer dimulutnya.
Ditemani empat orang teman yang gila tiada tara, membuat malem semakin luar biasa seru. Gak peduli deh orang-orang memandang jijik ke arah gue dan temen-temen gue yang lagi asik ketawa ketiwi gak kekontrol. Dunia tuh rasanya punya kita berlima, yang lain ngontrak.
“Kemana nih?” teriak Abied sambil terus mengendarai motornya. Gue yang dibonceng Teguh celingukan memandang sekitar, berusaha mencari tempat yang asik buat nongkrong. Yang lain pun melakukan hal yang sama. Setelah muter-muter hampir ke semua penjuru Tebet, tetep aja gak nemu spot yang oke. Semua spot tuh udah penuh sama orang yang nongkrong. Kalo ditambah lima orang lagi kayaknya tambah padet dan gak asik.
“Maklumlah, ini kan malem minggu, jadi rame semua.” Oia, gue baru sadar ini malem minggu. Untung Firman bilang gitu. Wah, berarti pada sibuk malem mingguan dong ya nih orang-orang? pantesan dari tadi seliweran mulu orang yang pacaran. Tapi kenapa temen-temen gue ini gak malem mingguan ya? Mereka kan pada punya cewek. Yaaaahhh... ini mah pasti gara-gara gue curhat sambil nangis darah biru deh pas di base camp tadi. Pasti tujuan mereka ngajak gue hang out untuk bikin gue seneng nih. Pasti mereka kasian deh sama gue yang lagi merana karena cinta (kayak lagu dangdut ya? Haha). Yaampun, jadi gak enak gue. Tapi gak apa-apa sih, kan itu gunannya temen. Lagian jarang-jarang kok mereka lebih mentingin gue daripada pacar mereka. Harus dimanfaatkan! Hahahaha. “Boi, gue tau tempat yang gak begitu rame disini.” Teriak gue lantang.

“Ini kenapa yang parkir motor kita doang ya? Haha.” Mirza cengengesan begitu sadar kalo di parkiran restoran yang gue tunjuk emang isinya mobil semua. Firman, Abied dan Teguh kompakan mandang ke arah gue, seperti menyalahkan dan siap makan gue mentah-mentah karena minta berenti di restoran yang mahal. Haha.
Tadi kan nyari tempat yang sepi, giliran gue kasih yang sepi pada marah-marah. Salah gue getoh? Salah keluarga gue? Salah piaraan gue?? Ya enggak lah...  
Sebelum masuk ke restoran, keempat cowok-cowok itu mengadakan briefing kecil-kecilan didepan gue. Pengen ketawa rasanya ngedenger pembicaraan mereka. Masa pengen masuk restoran aja pake absen dulu, plus ditanyain lagi setiap orang bawa duit berapa. Hahaha.
Tapi gue akuin emang brilian sih ide Firman untuk nanya kesetiap anak berapa lembar uang yang ada di kantong mereka. Dari pada dengan santainya masuk ke dalem restoran dan tau-tau gak bisa bayar apa yang kita pesen gimana? Kan repot dan malu-maluin. Lagian pikir deh, berapa banyak sih isi kantong mahasiswa kayak Firman, Mirza, Teguh dan gue?? Apalagi isi kantongnya Abied yang masih kelas dua SMA. Paling cukup buat beli Coki-Coki doang. Hahaha. Gak gitu juga sih.

Briefing lima menit.

1.      Isi                 :

Firman    : Jujur nih gue cuma ada 250 ribu.
Mirza      : Gue ada gope sih, tapi kan ini baru awal bulan. Bisa kelaperan   di kosan nih gue 3 minggu kedepan kalo sampe ini abis. Haha.”
Teguh     : 20 ribu! Orang gue gak bawa dompet. Hahaha.”
Gue        : Emang di dompet lo ada duitnya Guh?
Teguh     : Kagak ada juga sih. Hahaha.
Semua    : Hahahaha.
Mirza      : Gak usah ngomong Guh. Ketauan dari muka lau. Muka susah.
Semua    : Hahahahahahahahahaha.
Firman    : Nah, dede Abied berapa nih? Kalo ada bisa kali nambahin.
Hehe.
Abied     : Ada nih, cepe lebih dikit. Woles.
Gue        : Karena gue yang nunjuk cafe ini. Maka gue keluarkan semua
  uang gue. Tinggal seratus ribu gitu sih palingan. Hahahaha.
Firman   : Errr.... eh, lo kan pernah nih Ta kesini, gak mahal-mahal banget kan?
Gue        : Enggak. Woles.
Abied    : Waktu itu lo mesen apa?
Gue        : Kentang panggang sama Aqua botol.
Abied    : Berapa?
Gue        : Murah kok.
Mirza     : Iya berapeeee??
Gue        : Kentang panggang 75 ribu. Aqua botol kecil 35 ribu. Hahaha.
Semua    : Mmmmmmm... (kompak ngelirik sinis ke gue)
Abied    : Payah dah garpu somay!
Mirza     : Anjrit, beneran bakal sebulan kelaperan nih gue.
Gue        : Hahahahahahahahahahahaha.
Firman   : Errrr.... Untung cakep lo, Ta!
Gue        : Hahahahahaha. Yaudah ah masuk.

2.      Kesimpulan  :
Akhirnyaaaaaaa..... untuk yang kedua kalinya gue masuk ke restoran mantab ini. Dan akhirnya juga, gue berhasil memanfaatkan kepedulian temen-temen gue yang jarang-jarang ini. Hahahahaha. Kena lo pada gue kerjaain!


Emang bener deh, gue dan temen-temen emang keliatan jelas paling norak di dalem restoran ala Europe itu. Mau diusahain se-elegan apapun tetep aja kecium aroma kerenya. Pertama, dari baju beserta perlengkapannya. Berhubung emang gak niat untuk jalan-jalan, apalagi hang out ke restoran mahal. Ya kita berlima berpenampilan biasa aja. Biasa banget malah.
“Nyesel gue pake sendal jepit.” Kata Mirza ditengah-tengah tegukan wine-nya. Gue sendiri cuma pake jeans panjang robek-robek plus kemeja abu-abu polos, untung lumayan ke tolong sih sama ‘sepatu gede’ alias ‘sepatu booth’ super kece yang baru gue beli beberapa minggu yang lalu. Sebenernya sih gak niat gaya, tapi emang lagi sering dipake aja tuh sepatu, biar lama-lama lentur, soalnya masih kaku dan belum ajib dipakenya.
Yang kedua, dari tingkah dan kelakuannya ; Ketawa kenceng banget, ngomong aja kayak mercon. padahal kan di meja makan. Hahaha.
Pokoknya apa yang kita lakuin serba eksentrik deh. Et, bukan ‘kita’ deng, tapi ‘mereka’, temen-temen gue, gue sih stay cool numpang ketawa doang.
“Mas, gue ganteng kan ye?” tanya Mirza kepada mas-mas waiterss yang lagi nyuguhin wine pesanan Mirza yang kedua. Kalo gue jadi mas-mas waiterss-nya, gue bakal tersenyum manis pada Mirza tanpa menjawab apapun. Terus gue pukul laki-laki hitam buluk itu pake botol anggur merah yang ada didepan gue. Pertanyaan sampah! Ngapain coba nanya begitu? Konyol! gak sadar, gak mabok. Tetep aja konyol kelakuannya.
“Iya, mas.” Diiiiihhhhh... tuh mas-mas waiterss pake jawab iya lagi. Bohong banget tuh orang. Haha.
“Kalo dia? Cantik gak?” Mirza nanya lagi ke mas-masnya sambil nunjuk kearah gue. Pengen apa coba nih orang nanyain gue cantik apa enggak ke orang yang gak dikenal? Dan parahnya lagi si mas-mas waiterss bener-bener ngelirik gue untuk menilai, terus dia senyum sambil manggut-manggut ke arah Mirza (artinya, gue CANTIK menurut mas waiterss itu. Dan kali ini, mas waiterss-nya jujur. Haha). “Kenapa ya mas?” senyum indah terlempar dari bibir mas-mas waiterss berusaha untuk bersahabat dan hangat pada pengunjungnya yang resek itu.
“Gak apa-apa, nanya aja. Iseng.” Orang gila! bener-bener korslet nih si Mirza..
“Oh, Yaudah kalo gitu saya kebelakang lagi ya Mas, kalo ada apa-apa bisa dengan saya Aldi” dengan sangat sopan mas-mas waiters bernama Aldi itu meninggalkan meja yang ditempatin gue dan temen-temen. Tapi belum jauh melangkah, Mirza memanggil mas Aldi lagi. “Ada apa mas?”
“Mas kok gak nanya ke gue sih mas-nya ganteng apa enggak? gue lagi pengen jawab pertanyaan orang nih. Biasa. Iseng.”
Duuuuuuaaaaaaaaaaaaaaaarrrrrr!!!!!!!! Gila, ngeselin dan gak penting banget dah omongan Mirza. Plus ditambah gimik-gimik konyol khas dia lagi. Gue dan temen-temen yang laen sih ngakak. Tapi sebenernya mah gue jijik banget, sumpah. Jijik! Untung gue bukan waiters-nya, gue bener-bener bakal bunuh diri nih kalo ngelayanin pengunjung kayak Mirza. Bikin kisruh suasana. Meningan lo diem aja deh Za sambil mikirin sebulan kedepan lo makan apa. Soalnya dua botol wine yang lo pesen bakal bikin duit yang lo bawa masuk semua ke laci kasir. Itu wine mahal Mirzaaaaaaaaa.....

Pada umumnya setiap orang yang abis makan enak di restoran mewah akan keluar dengan wajah sumringah. Tapi itu gak berlaku buat gue dan temen-temen. Puas sih, tapi lemes. Ya gimana gak lemes kalo acara makan-makan sambil hang out-nya ngabisin budget Rp. 945.000,- untuk berlima doang??? Pengen nyongkel mata deh rasanya pas tadi jadi orang pertama yang nerima dan baca bill-nya.
“Gue gak bakal nih dateng kesini lagi. Kecuali kalo gue udah punya Ferrari limited edition!” Sambil pake helm Firman memandang (again!) kearah restoran. “Ta, kalo tuh duit kita pake buat recording lagu udah dapet tiga lagu tuh” Hahaha. Bener banget nih apa kata Abied, tapi mau gimana? Nasi udah jadi bubur. Masalah recording nanti kita kumpulin lagi ya dede Abied.
“Diem aja lo Za??? Kenapa? Hahaha.” Tanya Teguh pada Mirza, padahal gue yakin banget Teguh tau jawabannya. “Sebulan kedepan gue ngemut sendok doang nih.” Haha! Rasain lo! Gaya banget sih minum wine mahal segala. Biasa minum anggur merah Topi Miring juga!
Oke, karena gue merasa bersalah juga udah maksa banget nongkrong dan senang-senang di restoran yang menguras kantong ini, maka dengan setulus hati gue meminta maaf yang sedalam-dalamnya kepada Firman, Mirza, Teguh dan Abied. Lalu berkata ; Yaudah, ambil aja hikmahnya.... Hahahahaha.

Sisa uang hanya kira-kira 80 ribu gak menurunkan semangat gue dan temen-temen untuk terus ngabisin malem dan have fun semaunya. Masih di kawasan Tebet, kali ini gue dan temen-temen memilih untuk nongkrong di warung roti bakar Waffa 99. 80 ribu cukup banget lah untuk ngopi dan ngemil-ngemil manis di warung ini.
Lima gelas kopi dan tiga piring roti bakar berhasil gue pesen setelah menerobos penuhnya pengunjung. Tapi karena space didalem warung udah gak muat lagi untuk diisi, jadilah gue dan temen-temen gue buka lapak disebrang warung.
Warung Waffa 99 ini adalah warung tenda biasa seperti halnya warung tenda pecel lele, bedanya disini gak jual pecel lele, tapi kopi, roti bakar dan mie instan. Letaknya bukan di center Tebet, disekelilingnya cuma ada rumah-rumah gedongan yang gak tau penghuninya pada kemana. Emang gitu ya? Rumah gedongan tuh kesannya sepi mulu. Mungkin karena tingginya pager mewah yang menjulang bikin efek kalo rumah itu higienis dari makhluk-makhluk absurt yang menciptakan kegaduhan didalemnya. Atau mungkin karena saking gedenya rumah, maka segaduh apapun kegaduhan yang ada didalemnya gak bakal terlansir sampe luar rumah. Enak banget ya? Hehe.
Tepat disebrang warung Waffa 99 dan tepat didepan pager rumah super gede yang menjulang tinggi,  gue dan temen-temen udah duduk santai menikmati kopi dan roti bakar sambil bercengkrama (baku banget ya? Bilang aja ‘becanda’!).
Gak cuma gue dan temen-temen kok yang asik nongkrong didepan rumah orang. Banyak juga gerombolan orang yang dateng dan mesen makanan di Waffa 99 dan langsung buka lapak didepan rumah orang yang keliatannya sepi semua ini. Pada cuek aja gitu cekakak cekikikan bebas semaunya.
Tanpa alas apapun, gue, Abied, dan Firman merebahkan diri di depan pager rumah gedongan ini. Walaupun dipinggir jalan, suasana tetep kondusif kok. Gak banyak orang yang seliweran bolak-balik. Karena ternyata, jam sudah menunjukan pukul dua dini hari. Waw! Tumben banget gue masih bisa diluar rumah sampe malem banget gini, kongko-kongko woles gak mikirin pulang.
“Tumben lo Ta gak ngerengek minta pulang. Nah gini kan asik!” Teguh masih aja iseng menutup muka gue dengan selembar tisu. “Ah ganggu lo, lagi menikmati bintang nih gue! bokap nyokap sama ade gue lagi stay di Bogor. Jadi gue dirumah sendirian. Gak apa-apa pulang pagi juga. Hehehe.”
Ternyata, rebahan santai di payungi langit malam dan ribuan bintang bikin mood bener-bener berubah jadi biruuuu banget. Bukan sedih yang mengharu biru ya, tapi biru disini artinya adalah adem, tentram, tenang dan sejuk. Sambil asik bercerita ngalor ngidul bersama keempat teman yang abnormal ini, tanpa sadar akhirnya gue masuk ke dunia mimpi alias ketiduran. Yah, temen-temen band gue ini mah udah gak aneh lagi deh liat gue ketiduran. Hampir disetiap kesempatan kumpul, gue pasti ketiduran. Sampe-sampe waktu lagi briefing dikebon belakang rumah Firman, gue ketiduran, dan pas gue bangun ternyata gue udah sendirian, magrib-magrib lagi! Scare banget gue. Alhasil, gue nangis sendirian di kebon itu, ngeliat gue nangis baru deh mereka keluar dari tempat persembunyiannya sambil nyengir kuda. Sumpah, itu kejailan yang gak lucu sama sekali.
“Bangun Mbak! Tokonya mau buka! Hahaha.” Akhirnya mata gue melek juga setelah Firman membangunkan gue dengan cipratan air mineral yang ada di tangannya. Buset! Gak sekalian aja siram gue, Man. “Emang gue gembel toko?! Rebek lo ah nyiprat-nyiprat!” dengan muka yang masih pengen bobo manis gue bangun dari rebahan dan langsung sadar ternyata langit udah cukup terang. Gue liat jam tangan, “Yasalam! Jam 5! Pulang yok.. Bokap nyokap gue pulang pagi nih katanya.”

Di tengah perjalanan pulang gue inget komentar Abied dan Mirza untuk gue pas bangun tidur tadi, mereka bilang ternyata gue ‘rock and roll’ banget. Santai aja gitu tidur dipinggir jalan, jarang-jarang ada cewek se-woles gue di Jakarta yang super gaul ini. Dan mereka langsung menyamakan gue dengan tokoh Jani di film Radit dan Jani, wanita super cuek dan santai yang hidup bebas semaunya. Hahaha. Beda kali, gue emang cuek, tapi gak bebas dan gak se-frontal Jani. Lagian gue gak punya pasangan bernama ‘Radit’ kok. Lebih tepatnya emang gak punya pasangan! Lebih tepatnya lagi BELUM PUNYA PASANGAN.
But i have somebody to love.
Cieeee.... cieeee... cieeeee Itaaaaa.... haha.


Potret


Awan hitam menggantung di langit. Angin bertiup cukup kencang, pohon-pohon jati bergoyang-goyang, hujan nampaknya sudah tak sabaran lagi akan segera turun. Anwar yang sudah bersiap-siap akan pulang, sesaat jadi ragu-ragu. Ia juga merasa tidak membawa jas hujan. Tapi bukankah bulan ini masih masuk musim kemarau? Sehingga ia tidak menyangka kalau tiba-tiba saja akan turun hujan. Sebab hari-hari terakhir udara kota ini panasnya sangat menyengat. Di luar dan di dalam rumah sama saja, panas, katanya dalam hati sambil mengeluarkan motor bebeknya yang masih terhitung baru.
Sebenarnya dalam hati Anwar merasa jengkel juga. Sebab hari ini kantornya pulang agak awal. Semua karyawan, termasuk dirinya merasa senang karena dapat pulang lebih awal. Hanya saja nampaknya hujan turun terasa sebagai penghalang. Sementara rintik-rintik gerimis mulai menyapa bumi, ia jadi tergesa-gesa untuk pulang.
Setelah membunyikan motornya, ia langsung meluncur ke jalan raya. Seorang temannya yang memanggil setengah berteriak karena ingin membonceng, tidak dihiraukannya. Kendaraannya pun semakin melaju dengan kencang. Menyalip kesana kemari di antara kendaraan lain yang nampaknya juga melaju cepat tergesa-gesa. Anwar ingin segera sampai di rumah sebelum hujan benar-benar turun. Tetapi ketika sampai setengah perjalanan, gerimis semakin deras turun.
Gas kendaraan semakin ditekan untuk menambah laju kendaraan. Gerimis telah berubah menjadi hujan yang deras dan Anwar memacu kendaraannya semakin kencang dan seakan melayang di atas aspal jalanan. Padahal pandanganya agak kabur karena kaca helmnya memburam diterpa air hujan.
Ketika sampai di persimpangan jalan yang menuju ke rumahnya, tiba-tiba ada seorang wanita muda yang melintas, menyeberang jalan dengan cepat. Anwar yang pandangannya ke depan agak kabur, hanya samar-samar saja melihat orang melintas di depannya. Namun ia terlambat untuk merem laju kendaraannya. Dan tanpa ampun lagu, wanita yang sedang menyeberang itu ditabraknya. Anwar terjatuh, sedangkan wanita itu terlempar sampai di sisi trotoar dan tergeletak. Nampak ada darah mengalir bersama air hujan yang menggenang.
Masih dengan yang tertutup, Anwar segera bangkit mendirikan kendaraan sambil berusaha membunyikan mesinnya. Lalu secepat kilat melaju dengan kencang meninggalkan tempat kejadian itu. Orang-orang yang melihat kejadian itu berusaha mengejarnya, tapi motor Anwar melaju lebih cepat.
Anwar berpikir bila tertangkap, bisa saja dipukuli warga di sekitar itu dan juga urusannya semakin rumit dan panjang. Apalagi bila wanita itu meninggal dunia, wahhh…, pasti urusannya sampai di sel tahanan polisi untuk mempertanggungjawabkannya. Tepat, kalau aku melarikan diri saja, kata Anwar dalam hatinya.
Tetapi di sisi lain ada pemberontak di dalam hatinya dan mengutuknya sebagai lelaki pengecut. “Seharusnya kau tidak tinggalkan tempat kejadian itu, Anwar”, begitu suara dari dalam hatinya. “Seharusnya kau justru memberikan pertolongan, seharusnya kau merasa kasihan pada wanita muda yang telah kau tabrak tadi, seharusnya kau berusaha untuk segera membawanya ke rumah sakit agar jiwanya cepat tertolong dan terselamatkan”, begitu gemuruh suara di dalam hatinya. Seperti gemuruh suara hujan yang ditingkahi hembusan angin kencang.
Baju dan badan Anwar basah kuyup. Udara yang lembab menggigilkan tubuhnya yang dinginnya menembus tulangnya. Aneh, di dadanya tetap bergemuruh suara-suara yang mengejar dan menyalahkannya. “Kau pengecut, War”, suara hatinya kembali meletup-letup. “Kau telah jadi seorang penabrak lari yang kejam dan tidak berperikemanusiaan”. Anwar berusaha melawan kata hatinya. “Tidak! Aku pun harus selamat. Jika aku lama berada di situ dan berusaha menolongnya, pasti aku dikeroyok orang-orang itu, ditangkap polisi, diajukan ke pengadilan dan dihukum. Tidak! Aku juga harus selamat”, katanya setengah menjerit. Tapi gemuruh hujan dan sesekali suara petir menenggelamkan suaranya.
Setelah lelah melarikan kendaraannya dengan kecepatan tinggi, ia memperlambat lajunya. Saat ia menoleh ke belakang, suasana lalu lintas sudah sepi. Ia merasakan sudah tidak ada lagi yang membuntutinya. Waktu tadi lari dari tempat kejadian, ia sudah berusaha mengelabuhi para pengejarnya dengan melewati lorong-lorong kecil, sehingga para pengejarnya pasti akan kehilangan jejak.
Pikiran Anwar semakin bingung, meski pun ia sudah sekuat tenaga melupakan kejadian tadi. Bukankah sudah tidak ada yang mengejarnya ? Nomor kendaraan pun juga terlindung oleh kotoran karena jalanan yang berlumpur. Paling tidak itulah perkiraan Anwar. Dirinya sudah merasa aman, meskipun rasa was-was masih terus bergelayut di hatinya.

Kamis, 14 Februari 2013

Goodbye???



Gue mempertanyakan semuanya. Semua yang kemarin-kemarin gue liat dari lo. Kata cinta, rindu yang menggebu dan hasrat untuk bersama, gue merasa semuanya udah semakin abu-abu buat gue. Bullshit.
Bagaimana bisa lo menghilang gitu aja setelah lo mengungkapkan betapa lo gak bisa melupakan gue? Gue gak abis pikir itu bisa dengan mudah lo lakuin.
Ini bukan yang pertama kali lo pergi dan menghilang. Sebelumnya lo emang kerap kali melakukan itu, pergi dan menghilang, lalu kembali. Yap, itulah hobi lo, dateng dan pergi seenaknya di hidup gue. Great!
Mungkin kesalahan terbesar gue adalah selalu menerima kembali kehadiran lo yang disertai kata maaf buat gue. But, its enough for me. Untuk kali ini, gue gak akan melakukan kesalahan itu. Kepergian lo saat ini terlalu menyakitkan buat gue. Gue gak akan membiarkan lo masuk dan dateng lagi di hidup gue. Cukup!
Bukan karena gue sakit hati atas perlakuan lo, tapi lebih tepatnya adalah memang gue telah membulatkan tekat untuk tutup buku mengenai segala cerita tentang lo. The end! Gue mau bikin cerita baru. Dan bukan tentang lo lagi.
Kenapa harus tutup buku? Entahlah, gue udah cape mempertanyakan perasaan lo. Cinta??? Gue gak yakin. Hmmm... ada lagu yang pas nih sama pertanyaan gue buat lo. Lagunya slank, judulnya CINTA?

Maaf?
setelah kau sakiti, lalu bilang maaf?
Maaf?
Setelah melukai, lalu bilang maaf?
Setelah menghianati, lalu bilang maaf?
Kau gak punya otak!
Hanya itu yang bisa... kau ucapkan maaf?

Sorry?
Sesudah robek hati, cuma bilang sorry?
Sesudah darah tinggi, cuma bilang sorry?
Sesudah jantung mati, cuma bilang sorry?
Kau gak punya IQ, hanya itu yang bisa... kau ucapkan sorry?

Cinta?
Sehabis ngomong tinggi, masih bilang cinta?
Kau gak tau diri,
Gak semudah bicara kau ucapkan cinta....

Hopeeee !



A dream when  you dream alone is only a dream. A dream when  you dream together is a reality.
Sumpah pengen nangis kalo baca kalimat itu, mau tau apa alesannya? karena gue adalah orang yang punya banyak mimpi, banyaaaaak banget... banget, banget deh pokoknya. But you know, i always alone. Pengen banget rasanya mempraktekan kalimat itu, bermimpi bersama supaya mimpi itu jadi kenyataan. Cape banget mimpi sendirian.
 Tapi kenyataannya sekarang ya gue tetep sendiri. Sendiri dalam arti gue gak punya seseorang untuk mendorong gue supaya gak give up untuk meraih mimpi gue. Kadang gue ngerasa gue lagi lari marathon dilintasan melawan beberapa orang lainnya, terus lawan-lawan gue disemangatin sama keluarga dan teman-temannya yang ada dipinggir lintasan sambil meneriakan namanya.  Masing-masing punya pendukung setia dipinggir lintasan.
Dan gue? gak punya! Gue hanya terus berlari dan berlari dengan dorongan semangat dari dalam diri gue sendiri. Jatohpun gue harus bangun sendiri! Hey, you must know, i’m not strong like you think! I need someone to run with me! Seenggaknya yang  menaruh kepercayaan ke gue kalo gue itu bisa nyampe garis finish paling awal! Apa sih yang salah dari gue? I have something to make you proud! But you never believe me!
 Semuanya. Semuanya gak pernah percaya sama kemampuan gue. Sekalipun gue udah nunjukin hasil dari kerja keras gue yang menurut gue ‘wow’ tapi kayaknya itu kurang banget buat mendapatkan kepercayaan. Bahkan keluarga gue pun sering kali underistimate dengan apa yang gue lakukan. Sampe-sampe gue harus ngebangun kepercayaan diri gue sendiri lebih dari siapapun.
Gue butuh seseorang disamping gue, mendampingi gue, berlari kecil sambil menggadeng tangan gue saat gue mulai kelelahan berlari. Memeluk gue saat gue menang dan membesarkan hati gue saat gue kalah.
Kalo dari keluarga gue gak dapetin itu, gue pengen banget dapetin itu semua dari pasangan gue nanti.
Ya ampuuuun... gue jadi kepengen pacaraaaaann.. pengen punya pacar kayak yang gue sebutin diatas tadi, seseorang yang selalu ada disamping gue, mendampingi gue, berlari kecil sambil menggadeng tangan gue saat gue mulai kelelahan berlari. Memeluk gue saat gue menang dan membesarkan hati gue saat gue kalah. Plus rela berjam-jam dengerin curhat gue sambil ngusap air mata gue dengan iklas.
Gue juga pengen punya pacar yang asik diajak nonton bareng piala dunia sambil loncat-loncatan gak kenal cape. Seru-seruan di kebun binatang sampe kopral bolak-balik. Mau ngedorong gue pake troli belanjaan pas di supermarket dan hal-hal gila lainnya. Gue gak pengen cuma ngerasain serunya nonton Java Rockinland sama temen-temen gue, sedangkan pacar gue pergi kondangan sama sepupunya.
Gue pengan punya pacar kayak gitu. Pengeeeeeeeeeeeeeeeennn.

Sabtu, 02 Februari 2013

.......


Akan kemanakah angin melayang takala turun senja yang muram?
Kepada siapa lagu ku angankan?
Gelap dalam kabut
Rindu tertahan

Datanglah engkau, berbaring disisiku
Turun dan berbisik, dekati batinku
Belenggulah seluruh tubuh dan sukmaku
Ku ingin menjerit dalam pelukanmu

Sampai dimanakan berarak awan?
Bagi siapa mata ku pejamkan?
Pecah bulan dalam ombak lautan
Dahan-dahan dihati bergetaran.....