Kehidupan, terlalu banyak menuntut kesempurnaan yang sebenarnya terlalu
dibuat buat. Latar belakang pendidikan dan status sosial, kini selalu menjadi
tolak ukur penilaian atas kesempurnaan hidup. Lalu saya bertanya, dimana
keberadaan berjuta ideologi sebelumnya? Mengapa kini semakin menyempit?
Bagi saya, keberadaan sekolah dan universitas adalah omong kosong ketika
siswanya hanya bertujuan mendapat nilai A atau lulus dengan predikat Cum Laude. Kenapa tujuan mereka di
akhir? Kenapa tidak prosesnya itu yang menjadi tujuan? Yaitu, belajar dan mencari ilmu!
Saya pernah bertanya pada seorang teman dari Universitas Indonesia Fakultas
Ilmu Budaya angkatan 2005 yang sampai saat ini belum menyelesaikan skripsinya.
“Lo kenapa Bang gak ngelarin skripsi lo? Gila ye betah banget di kampus. S1 kok
tujuh tahun lebih! Haha.”
Sembari teretawa kecil dan menyelesaikan lukisannya beliau menjawab, “Gue
lebih suka bertitle MAHASISWA Ta
dibanding bertitle PENGANGGURAN!
Propesi macam kita tuh (pelaku seni) tidak pernah dianggap sebagai pekerjaan.
Ya jadinya, kita ini PENGANGGURAN terus!”
Kali ini saya yang tertawa, bukan karena lucu, tapi karena saya menyetujui
pernyataan beliau. Beliau orang yang cerdas, wawasannya luas, bahkan saya yakin
jika beliau menyelesaikan skripsinya dan mengikuti sidang kelulusan, maka
dengan mudah beliau akan lulus dengan menyandang predikat Cum Laude. Tapi itu belum menjadi pilihannya sekarang. Sampai saat
ini, beliau masih asik menikmati kegiatan kampus tanpa memikirkan iming-iming title Sarjana.
Ijinkan saya berandai sejenak. Andai
saya tidak hidup diperadaban yang meyakini bahwa latar belakang pendidikan
menjadi tolak ukur sebuah pencapaian kesuksesaan, yap! mungkin dari awal
saya akan memilih untuk tidak bersekolah formal. Karena saya menyadari, yang
sedari awal saya dapatkan di sekolah, ternyata bisa saya dapati diluar sekolah.
Bahkan lebih! Dan yang lebih penting, pelajaran yang saya dapat diluar sekolah
tidak bertujuan mendapat nilai A, tetapi pasti mendapatkan nilai A!
Tapi itu hanyalah andai-andai. Nyatanya saya hidup pada peradaban dimana
Ijasah-Ijasah menjadi sebuah barang berharga yang diburu banyak orang. Bahkan
bagi yang sulit mendapatkannya, maka ia tidak ragu-ragu untuk memalsukan
lembaran bodoh itu. Alasannya, agar mudah mendapat pekerjaan. Padahal sudah
jelas-jelas begitu banyak orang yang memiliki Ijasah Strata satu tetapi masih
menjadi PENGACARA alias PENGANGGURAN BANYAK ACARA. Ironi kan?
Baiklah, tak apa, saya tidak menyesali takdir yang mengantarkan saya pada
jaman kalangkabutan macam ini. Saya akan mengikuti segala prosedur yang ada.
Tapi saya juga punya jalan sendiri. Siapa
yang sudi melewati jalan yang sudah padat? Saya punya jalan sendiri. Tanpa
tekanan dan dengan terus menikmati, saya akan melewati jalan saya sendiri.
Setelah lulus (nanti), saya masih akan berjalan santai. Terus menulis, terus
melukis, terus ber-acting. Lagi dan
lagi. Itulah tujuan saya (see??
Bahkan saya sudah sampai tujuan saya). Karena inilah idealisme menurut nurani
saya, yaitu hasrat untuk berseni! Inilah jalan saya.
Tanpa memperdulikan akan “jadi apa” saya kelak (bahkan saya rela disebut
PENGACARA alias PENGANGGURAN BANYAK ACARA), saya akan terus berjalan disini.
Karena saya menikmati perjalanannya!
Saya bukan seorang penulis, pelukis, atau bahkan pemain teater. Saya hanya
menulis, melukis, dan memainkan sebuah peran diatas panggung. Terkadang saya
bermusik, tapi saya bukan musisi. Sekali lagi, saya bukan penulis, pelukis,
pemain teater atau musisi! Tetapi jika kelak predikat-predikat itu melekat pada
saya, maka itu hanyalah sekedar efek-samping dari apa yang saya geluti.
Bagi mereka (kaum yang men-dewa-kan latar belakang pendidikan dan status
sosial) teruslah kejar kesempurnaan hidup kalian yang belum terlihat itu. Saya
tidak akan mengganggu apalagi menyalahi. Dan kami (penganut idealisme nurani),
kami akan terus mengikuti hati nurani kami, tak perlu berkejaran, tapi sampai
tujuan. Dan yang lebih penting, perjalanan kami sudah sangat sempurna dibanding
kesempurnaan hidup kalian.
Bagaimana dengan anda? Ikut mereka atau ikut kami? Pilihlah jalan anda atau
buatlah jalan sendiri!
Selamat menempuh perjalanan selajutnya kawan.