Selasa, 22 Mei 2012

Culture of Indonesia


Indonesia, ternyata benar Indonesia. Ya, Indonesia itu benar-benar salah satu negara terkorup didunia! Tidak salah, tidak bisa disanggah, benar-benar tidak bisa. Semua kalangan yang memiliki kesempatan untuk melakukan tindakan ‘korupsi’ hampir tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan itu. Uang selalu saja menjadi Dewa dari segala Dewa di bumi ini, mengontrol jalannya kehidupan dan kelakuan. Tentunya selain sex dan alkohol, uang telah membuat manusia-manusia kepayang. Dari yang tolol, pintar, dungu, jenius, semuanya tak sadarkan diri kalau sudah bicara soal uang. Mulai dari propesi tinggi sampai propesi rendahan sekalipun, mereka semua korupsi! Ya, ko-rup-si!
Pantas saja dulu Bapak Moh. Hatta menyatakan bahwa korupsi dinegara kita ini adalah budaya. Lebih tepatnya sudah menjadi budaya. Beliau berargumen bukan tanpa sebab, pastinya beliau bisa mengatakan demikian lantaran beliau sudah melihat bahwa tindakan korupsi berlangsung didepan matanya. Sama seperti halnya saya saat ini, didepan mata saya tindakan keji itu berlangsung begitu jelas. Walau ditutupi, tapi tetap saja transparan. Dan kalian semua harus tau, pelaku korupsi yang saya lihat ini adalah manusia berpendidikan berseragam PNS! Berwajah lugu, yang wanita mengenakan jilbab, yang laki-laki terlihat alim, serta memiliki banyak sekali siswa/i sebagai muridnya. Lebih spesifik lagi,  mereka-mereka itu adalah seorang Guru!
Bagaimana saya bisa tahu bahwa mereka itu melakukan tindak korupsi? Ya, tahun ini saya tengah merancang buku tahunan untuk salah satu SMA Negeri dimana mereka mengajar, dan otomatis saya terjun langsung kesekolah untuk mengurus segala keperluannya. Salah satunya mengenai sagala hal yang berkaitan dengan dana pembuatan buku tahunan itu sendiri.
Oke, saya akan menceritakan lebih spesifik lagi. Tentunya, agar segala hal dalam kerja sama ini berjalan lancar, saya mengajukan surat kontrak kerjasama untuk disetujui pihak sekolah. Surat kontrak perjanjian kerja sama antara pihak sekolah dan pihak saya sebagai tim perancang buku tahunan ini berisi beberapa pasal yang harus dipatuhi oleh kedua pihak. Salah satunya adalah pasal yang berisi poin-poin mengenai sistem pembayaran buku tahunan oleh pihak sekolah kepada tim perancang sebagai penyedia jasa.
Pada pasal mengenai pembayaran ini tertera bahwa sistem pembayaran dilakukan dengan tiga kali tahapan, yaitu sebanyak 35% untuk uang muka, 35% sebelum naik cetak dan 30% lagi untuk pelunasan. Total keselurahan biaya produksi adalah sebesar Rp. 30.000.000,-.
Disinilah saya mulai melihat keganjilan pada setiap tahap pembayaran. Mereka memberikan uang sebesar Rp. 10.500.000,- ditahap pertama, tepat 35% dari Rp. 30.000.000,-. Tetapi saat saya menandatangani kuetansi pembayaran yang telah diisi oleh pihak sekolah disitu tertera nomilnal sebesar Rp. 11.900.000,-. Saya tidak banyak tanya saat itu. Saya menurut saja untuk segera membubuhkan tanda tangan di atas kertas kuetansi agar segala proses cepat selesai.
Dipembayaran tahap kedua pun terjadi hal yang sama, mereka tepat membayar 35%  lagi, sebesar Rp. 10.500.000,-. Tetapi lagi-lagi entah mengapa mereka menuliskan nominal Rp. 11.900.000,- lagi pada kertas kuetansi. Dan tanpa banyak tanya lagi, saya segera menanda tanganani kuetansi itu.
Usut punya usut, ternyata dana yang diturunkan oleh pihak sekolah untuk pembuatan buku tahunan adalah sebesar Rp. 34.000.000,-. Namun nyatanya pihak panitia buku tahunan dari sekolah, yang diwakili oleh empat orang guru itu hanya menurunkan Rp. 30.000.000,-. Lalu sisanya, masuk ke kantong mereka. Empat juta rupiah untuk empat orang, masing-masing mengantongi satu juta rupiah. Ya, hanya demi satu juta rupiah mereka rela menjadi koruptor kelas teri dengan dosa kelas kakap!
Pantas saja korupsi cepat menjalar di Indonesia, seorang yang berpropesi sebagai guru saja melakukan tindak korupsi, apalagi murid-muridnya! Bukankah ada pekikan yang berbunyi ‘Guru kencing berdiri, murid kencing berlari.’ Ya, itu ada benarnya juga. Karena Gayus Tambunan, Nasarudin dan Angelina Sondak adalah seorang murid. Mungkin dulu guru mereka korupsi jutaan rupiah, kini mereka korupsi miliaran bahkan triliunan rupiah.
Gila! Indonesia benar-benar negara berbudaya. Korupsi saja dijadikan budaya! Gila!

Jakarta, 17 Mei 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar