Rabu, 19 Desember 2012

ARTEST




Tugas Akhir sesi ke 2. hahaha. Ngenes juga sih ketika temen-temen seangkatan sudang mengupload foto-foto wisudanya, gue malah masih sibuk ngurus Tugas Akhir yang gue ulang ini.
Kenapa sih kemaren kagak gue kelarin aja tuh tugas ? biar gak pake ngulang gini! kan bete juga mondar-mandir sendirian. huh. nyesel juga sih dikit. Tapi toh itu jalan yang gue putusin sendiri. Sejak kapan seorang Ita menyerah atas keputusan yang diambilnya??? GAK BOLEH!
Jalan gue selama ini juga lurus-lurus aja, masiih bisa gue lewatin, alhamdulilah. So, gak ada alasan buat nyerah. Termasuk alasan percintaan gue yang semakin MEMBUSUK! hahaha.
Tenang, 2013 gue bakal pake tuh toga kok, Insyaallah. Amin

Oia, satu lagi yang harus di garis bawahi.
Toga bukan simbol kesuksesan!
Gak boleh berpaku sama tujuan itu.
Inget Ta, elo fighter... jalani proses,proses, proses dan proses..! PROSES TIDAK PERNAH SELESAI! KETIKA ELO SAMPAI PADA SATU TUJUAN, BERSIAPLAH MENUJU TUJUAN LAINNYA!
*Hahahaha. membara banget gue nulisnya.

Jumat, 09 November 2012

Kangen - WS Rendra

kau tak akan mengerti bagaimana kesepianku
menghadapi kemerdekaan tanpa cinta
kau tidak akan mengerti bagaimana lukaku
karena cinta telah sembunyikan pisaunya
membayangkan wajahmu adalah siksa
kesepian adalah ketakutan dan kelumpuhan
engkau telah menjadi racun bagi darahku
apabila aku dalam kangen dan sepi
itulah berarti aku tungku tanpa api

Senin, 05 November 2012

You Not Me

Being round you is driving me crazy
Watching you run is making me lazy
You're trying to buy a place in my head
Telling me lines I've already read
Speaking my name to try to confuse me
Say it again you're starting to lose me

That's alright I'm okay
It happens every single day
It's all the same
But I'm not blind

It's all about you not me
It's all about the things
That you're expecting me to be
There's not enough time to live
And all that you're expecting me to give

It's all about you not me

You're building my prison brick by brick
Eating your words is making me sick
You get what you want
Cause nothing is sacred
You're reading my mind
And leaving me naked
You say I gotta give before I receive it
One of these days I'll believe it.

It's all about you not me
It's all about the things
That you're expecting me to be
There's not enough time to live
And all that you're expecting me to give

It's all about you not me
It's all about you not me

That's alright I'm okay
It happens every single day
It's all the same
But I'm not blind

It's all about you not me
It's all about the things
That you're expecting me to be
There's not enough time to live
And all that you're expecting me to give

It's all about you not me

Senin, 22 Oktober 2012

Topeng

Sudah terlalu banyak hal imitasi di lataran bumi
Penuh menyibak kebohongan hati
Sembilan dari sepuluh tokoh hobi memerankan peran protagonis
Padahal dikehidupan seharinya mereka adalah antagonis

Dipinggir jalan aku melihat dan belajar mengenai semua
Termasuk katakter para pengguna topeng
Tapi aku tak mau serta merta menghakimi
Aku bukan Tuhan

Jakarta, Oktober 2012

Bersatulah Pelacur Pelacur Kota Jakarta - W.S Rendra

Pelacur-pelacur Kota Jakarta
Dari kelas tinggi dan kelas rendah
Telah diganyang
Telah haru-biru
Mereka kecut
Keder
Terhina dan tersipu-sipu

Sesalkan mana yang mesti kausesalkan
Tapi jangan kau lewat putus asa
Dan kaurelakan dirimu dibikin korban

Wahai pelacur-pelacur kota Jakarta
Sekarang bangkitlah
Sanggul kembali rambutmu
Karena setelah menyesal
Datanglah kini giliranmu
Bukan untuk membela diri melulu
Tapi untuk lancarkan serangan
Karena
Sesalkan mana yang mesti kau sesalkan
Tapi jangan kaurela dibikin korban

Sarinah
Katakan kepada mereka
Bagaimana kau dipanggil ke kantor menteri
Bagaimana ia bicara panjang lebar kepadamu
Tentang perjuangan nusa bangsa
Dan tiba-tiba tanpa ujung pangkal
Ia sebut kau inspirasi revolusi
Sambil ia buka kutangmu

Dan kau Dasima
Khabarkan pada rakyat
Bagaimana para pemimpin revolusi
Secara bergiliran memelukmu
Bicara tentang kemakmuran rakyat dan api revolusi
Sambil celananya basah
Dan tubuhnya lemas
Terkapai disampingmu
Ototnya keburu tak berdaya


Politisi dan pegawai tinggi
Adalah caluk yang rapi
Kongres-kongres dan konferensi
Tak pernah berjalan tanpa kalian
Kalian tak pernah bisa bilang ‘tidak’
Lantaran kelaparan yang menakutkan
Kemiskinan yang mengekang
Dan telah lama sia-sia cari kerja
Ijazah sekolah tanpa guna
Para kepala jawatan
Akan membuka kesempatan
Kalau kau membuka kesempatan
Kalau kau membuka paha
Sedang diluar pemerintahan
Perusahaan-perusahaan macet
Lapangan kerja tak ada
Revolusi para pemimpin
Adalah revolusi dewa-dewa
Mereka berjuang untuk syurga
Dan tidak untuk bumi
Revolusi dewa-dewa
Tak pernah menghasilkan
Lebih banyak lapangan kerja
Bagi rakyatnya
Kalian adalah sebahagian kaum penganggur yang mereka ciptakan
Namun
Sesalkan mana yang kau kausesalkan
Tapi jangan kau lewat putus asa
Dan kau rela dibikin korban
Pelacur-pelacur kota Jakarta
Berhentilah tersipu-sipu
Ketika kubaca di koran
Bagaimana badut-badut mengganyang kalian
Menuduh kalian sumber bencana negara
Aku jadi murka
Kalian adalah temanku
Ini tak bisa dibiarkan
Astaga
Mulut-mulut badut
Mulut-mulut yang latah bahkan seks mereka politikkan

Saudari-saudariku
Membubarkan kalian
Tidak semudah membubarkan partai politik
Mereka harus beri kalian kerja
Mereka harus pulihkan darjat kalian
Mereka harus ikut memikul kesalahan

Saudari-saudariku. Bersatulah
Ambillah galah
Kibarkan kutang-kutangmu dihujungnya
Araklah keliling kota
Sebagai panji yang telah mereka nodai
Kinilah giliranmu menuntut
Katakanlah kepada mereka
Menganjurkan mengganyang pelacuran
Tanpa menganjurkan
Mengahwini para bekas pelacur
Adalah omong kosong

Pelacur-pelacur kota Jakarta
Saudari-saudariku
Jangan melulur keder pada lelaki
Dengan mudah
Kalian bisa telanjangi kaum palsu
Naikkan tarifmu dua kali
Dan mereka akan klabakan
Mogoklah satu bulan
Dan mereka akan puyeng
Lalu mereka akan berzina
Dengan isteri saudaranya.




Never Underistimate

Pada suatu hari, seorang anak masuk ke dalam rumah makan yang sangat terkenal dan mahal. Dia masuk seorang diri dan memakai pakaian biasa saja, tidak seperti anak-anak lain yang memakai pakaian yang bagus. Anak itu duduk di salah satu kursi lalu mengangkat tangannya untuk memanggil salah satu pelayan.
Seorang pelayan perempuan menghampiri anak kecil itu lalu memberikan buku menu makanan. Pelayan tersebut agak heran mengapa anak kecil itu berani masuk ke dalam rumah makan yang mahal, padahal dari penampilannya, pelayan itu tidak yakin bahwa sang anak kecil mampu membayar makanan yang ada.
“Berapa harga es krim yang diberi saus strawberry dan cokelat?” tanya sang anak kecil.
Sang pelayan menjawab, “Lima puluh ribu,”
Anak kecil itu memasukkan tangan ke dalam saku celana lalu mengambil beberapa receh dan menghitungnya. Lalu dia kembali bertanya, “Kalau es krim yang tidak diberi saus strawberry dan cokelat?”
Si pelayan mengerutkan kening, “Dua puluh ribu,”
Sekali lagi anak kecil itu mengambil receh dari dalam saku celananya lalu menghitung. “Kalau aku pesan separuh es krim tanpa saus strawberry dan cokelat berapa?”
Kesal dengan kelakuan pembeli kecil itu, pelayan menjawab dengan ketus, “Sepuluh ribu!”
Sang anak lalu tersenyum, “Baiklah aku pesan itu saja, terima kasih!”
Pelayan itu mencatat pesanan lalu menyerahkan pada bagian dapur lalu kembali membawa es krim pesanan. Anak itu tampak gembira dan menikmati es krim yang hanya separuh dengan suka cita. Dia melahap es krim sampai habis. Kemudian sang pelayan kembali datang memberikan nota pembayaran.
“Semua sepuluh ribu bukan?” tanya anak itu lalu membayar es krim pesanannya dengan setumpuk uang receh. Wajah sang pelayan tampak masam karena harus menghitung ulang receh-receh itu. Lalu sang anak mengeluarkan selembar uang lima puluh ribu dari saku celana belakangnya, “dan ini tips untuk Anda!” ujar sang anak sambil menyerahkan selembar uang tersebut untuk si pelayan.

Selasa, 16 Oktober 2012

PASTI

Saya sakit hati.
Lebih tepatnya sangat sakit hati.
Saya menyerah
Saya mundur
Saya lelah
Bukan karena sakit itu, tapi karena sudah terlalu lama
Saya sangat lelah
Saya akan melupakan anda
ya, PASTI !!

Kamis, 27 September 2012

Putaran Hati Ananda


Ini klasik untuk didengar
Kisah awam darah muda di rubik tenar
Titik cinta yang diberi berasa benar
Panah aprodite begitu nanar
Ananda memang anak kemarin sore yang sebentar
Denting hujan, laut dan batu besar
Menyusun alfabet yang bersinar
Tersemat dalam sel pusat yang terus berputar
Cinta ada saat ananda masih merah dan gemetar
Nanda takut purnama kan pudar
Itu salah satu kunci yang mengikar
Tapi makro detik membuat nanda tegar


Cinta Mereka


Dan jika ada hari dimana semua kembali
Mereka akan lebih bahagia dari sebelumnya
Melupakan sakit yang sebenarnya masih terasa
Dengan kebersamaan yang tidak terpisahkan
Lewat kesederhanaan gerak serta bahasa prosa

Harapan itu sering kali putih, abu-abu dan terkadang hitam
Merangkul setiap gemercik hujan yang turun akan memunculkan segenap rasa
Tenang dalam riuh, lembut walau deras, bahagia, pilu dan rindu
Lalu wanita itu akan menangis ditengah-tengahnya
Merasakan air mata di pipi yang serupa dengan air hujan
Tapi lebih hangat dan menyakitkan

Sulit bagi mereka membedakan omong kosong dengan janji yang tertunda
Kepercayaan besar sudah tertanam kokoh
Hanya saja terus digangu tumbuhnya benalu dan rumput liar
Tidak hidup...
Tidak mati...
Bukan duka...
Dan bukan pula suka...
Ini adalah cinta mereka...
Terhalang...


Kamus Besar Bahasa (Part I)


Aborsi                : Tindakan gegabah seorang perempuan yang sudah tidak perawan. Membuang hasil dari apa yang telah ia lakukan (dengan sengaja).

Asosial               : Sombong.

Rakyat               : Robot.

Rumah sakit       : Ada uang, ada dokter.

Demokrasi          : Gagasan yang mengutamakan peran serta rakyat dalam ikut andil mendukung jalannya pemerintahan. Dari rakyat, oleh rakyat, untuk pemerintah.

Partai                  : Organisasi yang fasih dalam berpolitik (uang).

Pancasila            : Asas tunggal Republik Indonesia yang wajib dihapalkan, sunnah diamalkan.

Korupsi             : Suatu budaya khas Indonesia yang ingin ditiadakan, namun selalu gagal

Selasa, 18 September 2012

Kehidupan dan Idealisme


Kehidupan, terlalu banyak menuntut kesempurnaan yang sebenarnya terlalu dibuat buat. Latar belakang pendidikan dan status sosial, kini selalu menjadi tolak ukur penilaian atas kesempurnaan hidup. Lalu saya bertanya, dimana keberadaan berjuta ideologi sebelumnya? Mengapa kini semakin menyempit?
Bagi saya, keberadaan sekolah dan universitas adalah omong kosong ketika siswanya hanya bertujuan mendapat nilai A atau lulus dengan predikat Cum Laude. Kenapa tujuan mereka di akhir? Kenapa tidak prosesnya itu yang menjadi tujuan?  Yaitu, belajar dan mencari ilmu!
Saya pernah bertanya pada seorang teman dari Universitas Indonesia Fakultas Ilmu Budaya angkatan 2005 yang sampai saat ini belum menyelesaikan skripsinya. “Lo kenapa Bang gak ngelarin skripsi lo? Gila ye betah banget di kampus. S1 kok tujuh tahun lebih! Haha.”
Sembari teretawa kecil dan menyelesaikan lukisannya beliau menjawab, “Gue lebih suka bertitle MAHASISWA Ta dibanding bertitle PENGANGGURAN! Propesi macam kita tuh (pelaku seni) tidak pernah dianggap sebagai pekerjaan. Ya jadinya, kita ini PENGANGGURAN terus!”
Kali ini saya yang tertawa, bukan karena lucu, tapi karena saya menyetujui pernyataan beliau. Beliau orang yang cerdas, wawasannya luas, bahkan saya yakin jika beliau menyelesaikan skripsinya dan mengikuti sidang kelulusan, maka dengan mudah beliau akan lulus dengan menyandang predikat Cum Laude. Tapi itu belum menjadi pilihannya sekarang. Sampai saat ini, beliau masih asik menikmati kegiatan kampus tanpa memikirkan iming-iming title Sarjana.
Ijinkan saya berandai sejenak. Andai saya tidak hidup diperadaban yang meyakini bahwa latar belakang pendidikan menjadi tolak ukur sebuah pencapaian kesuksesaan, yap! mungkin dari awal saya akan memilih untuk tidak bersekolah formal. Karena saya menyadari, yang sedari awal saya dapatkan di sekolah, ternyata bisa saya dapati diluar sekolah. Bahkan lebih! Dan yang lebih penting, pelajaran yang saya dapat diluar sekolah tidak bertujuan mendapat nilai A, tetapi pasti mendapatkan nilai A!
Tapi itu hanyalah andai-andai. Nyatanya saya hidup pada peradaban dimana Ijasah-Ijasah menjadi sebuah barang berharga yang diburu banyak orang. Bahkan bagi yang sulit mendapatkannya, maka ia tidak ragu-ragu untuk memalsukan lembaran bodoh itu. Alasannya, agar mudah mendapat pekerjaan. Padahal sudah jelas-jelas begitu banyak orang yang memiliki Ijasah Strata satu tetapi masih menjadi PENGACARA alias PENGANGGURAN BANYAK ACARA. Ironi kan?
Baiklah, tak apa, saya tidak menyesali takdir yang mengantarkan saya pada jaman kalangkabutan macam ini. Saya akan mengikuti segala prosedur yang ada. Tapi saya juga punya jalan sendiri. Siapa yang sudi melewati jalan yang sudah padat? Saya punya jalan sendiri. Tanpa tekanan dan dengan terus menikmati, saya akan melewati jalan saya sendiri.
Setelah lulus (nanti), saya masih akan berjalan santai. Terus menulis, terus melukis, terus ber-acting. Lagi dan lagi. Itulah tujuan saya (see?? Bahkan saya sudah sampai tujuan saya). Karena inilah idealisme menurut nurani saya, yaitu hasrat untuk berseni! Inilah jalan saya.
Tanpa memperdulikan akan “jadi apa” saya kelak (bahkan saya rela disebut PENGACARA alias PENGANGGURAN BANYAK ACARA), saya akan terus berjalan disini. Karena saya menikmati perjalanannya!
Saya bukan seorang penulis, pelukis, atau bahkan pemain teater. Saya hanya menulis, melukis, dan memainkan sebuah peran diatas panggung. Terkadang saya bermusik, tapi saya bukan musisi. Sekali lagi, saya bukan penulis, pelukis, pemain teater atau musisi! Tetapi jika kelak predikat-predikat itu melekat pada saya, maka itu hanyalah sekedar efek-samping dari apa yang saya geluti.
Bagi mereka (kaum yang men-dewa-kan latar belakang pendidikan dan status sosial) teruslah kejar kesempurnaan hidup kalian yang belum terlihat itu. Saya tidak akan mengganggu apalagi menyalahi. Dan kami (penganut idealisme nurani), kami akan terus mengikuti hati nurani kami, tak perlu berkejaran, tapi sampai tujuan. Dan yang lebih penting, perjalanan kami sudah sangat sempurna dibanding kesempurnaan hidup kalian.
Bagaimana dengan anda? Ikut mereka atau ikut kami? Pilihlah jalan anda atau buatlah jalan sendiri!
Selamat menempuh perjalanan selajutnya kawan.     

Minggu, 02 September 2012

Mirasih


Mirasih kecil melihat sendiri buku tulisnya melayang di udara
Mendarat tepat di kakinya yang tidak bersepatu
Hatinya gemetar diperlakukan bagai anjing sirkus
Kemiskinan menjadikannya bagai berak yang bahkan najis untuk di injak
Gedung megah tempatnya menggantungkan sejuta harapan telah diisi oleh demit-demit penghianat masa depan

Setiap pagi Mirasih kecil berlari mengejar waktu
untuk menerobos gerbang sekolahnya
Pekerjaan rumah yang tidak selesai menjadi alasan si Jangkung melempar lagi buku tulis Mirasih pagi ini
Dan lalu ia berkata :
“Pemalas! Kau lihat buku tulismu yang tipis ini! Sama seperti otakmu yang tipis!”
Mirasih menitikan air mata
Dipungutnya buku tulis itu
“Ini buku tulis bekas saya, Pak. Saat saya duduk di kelas lima, buku ini tidak habis saya gunakan. Masih kosong setengah halaman. Lalu saya merobek halaman-halaman depan yang sudah terisi, agar buku tulis ini bisa saya gunakan lagi. Ibu saya tidak sanggup membelikan buku tulis yang baru. Bapak tidak perlu khawatir, halaman-halaman berisi catatan pelajaran yang saya robek tidak serta-merta saya buang. Itu saya simpan untuk belajar sewaktu-waktu.”
Lalu riuh tawa dari seisi kelas
Mirasih celingukan :
Rupanya dunia sudah kekurangan cerita humor

Dan samar-samar Mirasih mendengar si Jangkung mengumpat pelan “dasar miskin!”
Lagi-lagi Mirasih hanya bisa gemetar
Berak yang najis untuk di injak, bahkan kini asik dibuat mainan oleh si Jangkung berijasah S1

Pelayanan gratis macam apa yang disediakan oleh negara ini untuk rakyatnya yang miskin?
Atas dasar apa mereka membantu Mirasih?
Atas dasar kemanusiaan yang meningkatkan citra positif
Atas dasar kemanusiaan dengan imbalan nilai ekonomi
Atas dasar kemanusiaan sebagai katrol keberhasilan kampanye politik
Atas dasar kemanusiaan yang tidak manusiawi

Kini Mirasih telah dewasa
Kecerdasaannya pun luar biasa
Sampai disuatu pagi, di ruang yang sunyi
Teriak Mirasih menggelegar
“Ulangi skripsimu!! Kau tau? Kurikulum itu bukan belajar dan mengajar! Kurikulum itu majikan! Sama seperti aku dan si Jangkung!”

Jakarta, 25 Juli 2012

Kamis, 02 Agustus 2012

Teman Lama di Dunia Maya


Abis sketching, nyalain laptop, puter lagu-lagu Slank album yang lama, bikin kopi, colokin modem, browsing plus searching sambil ngopi : tiga puluh menit, satu jam, dua jam, empat jam. Kopi abis. Bete. Liat jam, udah jam 02.00 WIB, belom ngantuk, buka YM, gak ada yang asik. Buka facebook, baca-baca note Hidayat Ari (sahabat pena di pesbuk), dan tiba-tiba......

J             : Ta!
Gue        : Siapa ya?
J             : Hayo siapa?
Gue        : Sori gak kenal
J                         : Buset juteknya nonaaaaa... inget-inget deh....
Gue        : Males
J             : Gue Jaka, Taaaaaaaaaaaaaaaa... temennya Ihsan, mantan lo yang gila itu. haha. Sombong banget lo. Inget dulu lo suka ngajakin gue cabut sekolah kaaan? Haha.
______________Jaka mana ya??? Hmmm.... Aha!!!!______________
Gue        : Ohhh.. hahaha. Iya-iya inget. Sori PP lo gak jelas. Nama FB lo juga gak gue kenal.
J             : Kan ada foto-foto laen yang lebih jelasnya. Kalo nama FB, itu kan nama asli gue. Lagian ada Jaka-Jakanya juga kan? Lo aja gak ngeh.
Gue        : Males juga ngeliatin foto orang.
J             : Setuju. Apalagi orangnya gue. haha. Apa kabar lo?
Gue        : Baik. Lo?
J             : Alhamdulilah baik juga. Kuliah dimana? Apa kerja Ta?
Gue        : Kuliah di BSI. Lo sendiri? Si Ihsan apa kabarnya tuh?
J             : Cieeeeeeeeee... nanyain... haha. Masih cinta ta?haha
Gue        : Dih. Gue tuh gak pernah jadian kali sama dia. Dia aja yang suka ngenalin gue sebagai ceweknya ke orang-orang. Namanya juga orang edan. Kambing dibedakin juga dibilang ceweknya dah pasti. Haha. Udah lama juga gak denger kabarnya, sejak lulus SMA kayaknya gak pernah lagi ketemu dia. Udah jadi ustad?
J             : Haha, tau kok tau. Gue tau tabiat dia. Hei, gak semua lulusan madrasah jadi ustad kali. Haha. Gue gak tau, gue juga udah lama gak denger kabar dia.
Gue        : Lah, lo kan temennya?
J             : Iya sih. Tapi lo pernah kan punya temen SMA dan lo gak berhubungan lagi sama dia setelah lo lulus? Alesannya karena lo sudah terlalu sibuk dengan lingkungan baru lo, atau temen lo itu yang menghilang dengan alasan serupa? Iya kan? Itung deh berapa biji temen SMA lo yang sekarang masih berhubungan intens sama lo.
Gue        : Hahaha setuju.
J             : Singkat dan jelas. Pasti bukan anak sastra.
Gue        : Sok tau banget sumpah. Haha. Tapi bener sih. Gue anak Ibu.
J             : Haha. Gue juga anak Ibu, kita sodara berarti. Oia kuliah lo jurusan apa?
Gue        : Advertising. Lo? Sastra?
J             : Haha kagak. Gue ilmu politik
Gue        : di?
J             : IISIP kampus tercinta haha
Gue        : Emang ada ilmu politik disana? Calon pejabat negara nih.
J             : Ada, ta.... haha males gila. Gue gak mau duduk ditempat dimana kesempatan gue untuk korupsi sangat besar.
Gue        : Terus mau jadi apa? Yeee.. asal jangan niat korupsi aja kali.
J             : Entahlaaah.. gue juga gak ngerti kenapa gue waktu itu tertarik banget masuk fakultas ilmu sosial dan politik gini. Dan lebih parah lagi gue juga gak terlalu sadar kalo gue ternyata ngambil jurusan ilmu politik. Iya, tapi setan selalu tanpa bosen membujuk manusia-manusia, bahkan yang gak niat sekalipun. HAHAHAHA. *ketawa setan
Gue        : ‘Gak terlalu sadar’? Hahahahahahaha.
J             : Kurang lebih. Tapi seenggaknya gue gak nyesel. Jadi pengamat politik kayaknya asik juga lho. Hehe. Setuju?
Gue        : Nggak. Gue lebih suka jadi kritikus politik. Khususnya buat Indonesia. Hihi.
J             : Naaaaah. Mengamati dan lalu mengkritik. hahaha. Apa mindset lo tentang politik?
___________ih, saik. Gue selalu suka orang yang membuka topik pembicaraan yang gak ‘tonk kosong’___________
Gue        : Politik tidak punya kepala, tidak punya telinga, tidak punya hati.
J             : Politik hanya mengenal kalah dan menang, kawan dan lawan, peradaban yang dangkal. Begitu kan? Haha
Gue        : Wait! Bait terusannya tuh.. haha. Maskumambang! Wuih, nemu satu lagi nih penggemar Rendra. Hehe.
J             : Hahaha. Nggak kok nggak. Kebetulan gue pernah bawain sajak itu waktu ada acara dikampus. Makanya apal.
Gue        : Gue beberapa kali membacakan sajak dari para penyair tersohor, tapi gak serta merta apal. Hehehe
J             : Hahaha banyak-banyak minum air zam-zam biar ingetannya kuat. Lagian gue juga gak apal sajak itu kok. Cuma bait yang itu aja yang gue inget.
Gue        : Haha. Sial! Terus politik menurut lo?
J             : Hmmm bisa dua bab kalo gue ngomongin politik. Eh, tadi kata lo pernah beberapa kali bawain sajak? Maksudnya?
Gue        : Wah, anda berbakat jadi kuli tinta! Haha. Ya bacain sajak orang.
J             : Bukannya gitu, hanya saja sulit untuk menyederhanakan definisi politik itu sendiri. Iyaaaaa pahaam gue, maksudnya bacain sajak dimana? -___-
Gue        : Oh, hahaha. Ya dibeberapa pagelaran dan pertunjukan seni gitu deh. Ah terus gimana politik menurut lo? Garis besarnya deh.
J             : Wah, jadi malu tadi nyebut lo “PASTI BUKAN ANAK SASTRA”. Haha. Hmmm, oke, terlepas dari segala mata kuliah ilmu politik yang gue dapet, politik menurut gue adalah tatanan kebijakan negara yang diolah dengan otak dan diatur dengan uang.
____________*manggut-manggut. (kayaknya cerdas nih orang)____________
Gue        : Uang mengatur segalanya Bung... hehe. Emang bukan anak sastraaaa. Cuma pelaku seni kacangan.
J             : Bung Jaka? Kayaknya keren tuh! Haha. Seniman dong lo, Ta? Mantaaab! Gue tambahin, dan uang itu memperdaya segalanya! Hehe
Gue        : Membeli segalanya!
J             : Membeli bubur!
Gue        : Membeli berlian!
J             : Membeli batu kali!
Gue        : Membeli rumah!
J             : Membeli impian!
Gue        : Membeli nasib!
J             : Membeli behel warna warni!
Gue        : Membeli kutang dan celana dalam!
J             : Membeli isi kutang dan isi celana dalam!
Gue        : -______-
J             : Hahahaha. Bawa-bawa kutang sih!
Gue        : Tapi memang itulah uang.. segalanya bisa dibeliiii... Hehe. Jadi pengen punya uang banyaaaaaaaaaaaaak banget dah! Haha. *iyalah, siapa yang gak mau uang? Haha
J             : Hahaha. Emang apa yang mau lo beli?
Gue        : Apa ya? Hmmm.. Membeli cinta. Hahaha.
J             : Hahaha. Semu dong nanti cintanya?
Gue        : Gpp, toh semua yang ada didunia ini semu. Seperti cintanya Summer Finn kepada Tom Hansen. Semu.
J             : Hahaha dasar seniman! otaknya liar!
Gue        : Dih, ngapa jadi lari ke seniman lagi? Gue bukan senimaaaaan. Tapi pelaku seni kacangan.
J             : Namanya pelaku seni ya seniman. Mau kacangan kek, mau berlianan kek. Tetep aja seniman. Sama hal-nya kayak siswa yang menuntut ilmu di perguruan tinggi, mau bego kek, mau pinter kek, semuanya disebut mahasiswa.
Gue        : *kibarkan bendera putih
J             : Hahaha.. udah jam tiga nih. Gak tidur apa?
Gue        : Gue gak suka memutar balikan fakta. Tapi gue suka memutar balikan waktu tidur. (siang jadi malem, malem jadi siang) hahaha.
J             : Kampret!
Gue        : Jahat banget bahasa lo. Kalelawar kek gitu!
J             : Tadinya sih pengen bilang gitu, tapi takut lo malah ngebahas sajaknya Rendra lagi dah yang judulnya Kalelawar. Hahaha
Gue        : Ampuuuuun... tuh ini mah elo yang seniman! haha. Kayaknya tau banyak tentang sajak deh elo. Ayo jujur sama gueeeeeeeeeeeeeee!!!!
J             : Hahahaha gue penikmat doang.
Gue        : Ah gak mungkin. Pasti terjun di seni juga nih. Yee kaaaan? Ayolah jujur, asik nih nanti gue bisa banyak sharing sama lo. Hehehe.
J             : Ye batu! Dibilang gue penikmat doang. Semua orang suka musik, tapi gak semua orang musisi kan? Yeeeeeeeeeeeee...
Gue        : Terus? Kita kan gak ngomongin musik..... weeeeeeeeeeee...
J             : Kan itu hanya perumpamaan. Weeee... Gue penikmat karya-karya seni. Termasuk sajak. Eh, sajak itu karya seni kan? Apa karya sastra? Seniman sama sastrawan sama gak sih? Haha.
Gue        : Iyaa deh iyaa. Hehee. Menurut gue, sastrawan itu pasti seniman. Tapi seniman gak selalu sastrawan. Karya sastra itu karya seni. Tapi karya seni itu gak selalu berupa karya sastra. Hahaha.
J             : Hahaha.iya iya bener. Seni mah universal banget ya..
Gue        : Persis! Terus apa yang lo nikmati? Hehe
J             : Wanita. Hahahahahhaha.
Gue        : Yeee.. ketek banci! Maksud gue karya seni apa yang lo nikmatin?
J             : Hahaha. Gue suka baca novel roman dan kumpulan puisi, gue suka bacaan yang berbau sastra deh pokoknya. Tapi gue juga open sih sama bacaan yang diluar sastra, kayak yang berbau politik dan budaya. Komik juga suka baca. Ah, apa aja dehh. Hehe
__________________Hobi baca... wawasannya luas berarti_______________
Gue        : Waw, selain baca?
J             : Gue suka musik, blues terutama. Tapi open juga sama gendre lainnya. Dangdut pun jadi. Asal yang syahdu. Haha.
Gue        : hahaha. Selain baca dan denger musik?
J             : Satu pertanyaan 20rb ya? Haha. Pertunjukan drama sama teater juga gue suka. Tapi jarang nonton sih. Tapi excited kalo udah nonton. Bawaannnya gak pengen pulang.
Gue        : Dih, Indonesia banget lo apa-apa di duitin hahaha. Terus siapa tokoh favorit lo di bidang seni ?
J             : Hmmm banyak, universal ya, dari eksistensi karya dan personalnya gue suka Sujiwo Tedjo, Chairil Anwar, Rendra, Iwan Fals, Djajang C Noer, Djoko Pekik. Ah, banyak deh.
Gue        : Djoko Pekik? Waaahh.. Penikmat lukisan juga? Luar biasa, biasa diluar. Haha.
J             : Ahhh.. lo mulu yang nanya. Gue ah gantian hahaha.  Nah kalo lo dan seni apa hubungannya?
Gue        : Hahaha hubungannya ‘IN RELATIONSHIP’
J             : Tuh. Kalo gue yang nanya gak pernah serius dah. Jawab ga! Gue sumpel nih mulut lo pake kaos kaki Flying Dutchman!
Gue        : Hahaha. Iya, gue penikmat juga, tapi juga masuk menjadi pelaku.
J             : Yaiyalah. Kalo melakukan tanpa menikmati apa jadinya? Haha. khususnya di bidang apa nih seninya?
Gue        : Hahaha. Bentul! Eh, betul! Apa ya? Masih belajar semua sih. Gue nulis sajak, teater juga, ngelukis juga, terus photografi, seni tari, musik juga (ngeband), kadang belaga gila jadi sutradara video klip. Haha. Dan sebagian besar sih emang hanya untuk melampiaskan hawa napsu berseni di diri gue aja. Gak ada yang gue tekunin banget-banget kayaknya. Hahaha.
J             : Eh, seorang ahli pun gak pernah berenti belajar kaliii... kenapa gitu? Tekunin dong..
Gue        : Iye pakkk.. haha. gak tau kenapa. Gue masih bingung yang mana yang bener-bener passion gue.
J             : Tapi lo suka semuanya? Ngelakuinnya dengan hati kan?
Gue        : Iyalah. Gue gak suka melakukan apa-apa dibawah tekanan.
J             : Nah, itu jawabannya. Semua berarti passion lo.
Gue        : Gila. Terlalu kompleks semuanya mah. Lagian gak ada yang bener-bener gue kuasain.
J             : Gak mungkin. Lo gak sadar aja. Kenali dulu diri lo.
Gue        : Jah, udah kenal kok, nama gue Ita Juwita hahaha.
J             : Kayaknya lo cocok jadi pelawak deh. Hahaha
Gue        : Kadang kepikiran sih. Haha.
J             : Nah, nah, Itu dia, Ta! cita-cita lo! Cita-cita lo apa? Apa kiranya propesi yang bakal jadi tujuan lo??
Gue        : Hmmm. Gue selalu memimpikan untuk jadi novelis, penulis sajak atau pelukis.
J             : Cakep! Itu dia yang bener-bener passion lo!
Gue        : Tapi gue gak pernah ngerasa punya nilai plus di ketiganya, Jak.. Just DREAM! Hahaha.
J             : Jak???? Jangan panggil gue ‘JAK’! You can call me ‘JACK’ dibaca ‘JEK’ ! kalo ‘Jak’ tar disangka nama gue Rojak lagi.. hahaha.
Gue        : Hahahahaha. Iye deh.. Jack. Captain Jack Sparrow. Hahaha.
J             : Cakep tuh ! Hahaha. Lo bilang lo gak punya nilai plus kan? Oke, gue anggap lo menghasilkan itu dengan nilai minus. Tapi lo bisa kan jadiin nilai minus lo ke nilai plus?? Belajar...
Gue        : Gak gampang juga kali, Boiiiiii....
J             : Kalo gampang gak usah belajar! Semua ahli dimulai dari belajar kok.
Gue        : Elo lebih cocok jadi motivator deh, jangan jadi pengamat politik. Hahaha.
J             : Berarti elo termotivasi dong dengan kata-kata gue??? asiiiiiiikkkk... salam super! *sambil melambaikan tangan memberi sejuta karisma.
Gue        : Dikit! Hahaha
J             : Yaudah, belajar!
Gue        : Kalo gue menyerah ditengah jalan atau gagal?
J             : Yah, mental cewek tomboi segini doang? Hahaha
Gue        : Hahahahahaha. Jangan bawa-bawa kepribadian!
J             : Usaha aja dulu, Ta. Kalo masa depan udah keliatan maka hari ini gak akan menarik lagi. Iya kan? Hehe.
Gue        : Hahahahahahahahahahaha.
J             : Mabok lo! Kenapa ketawa?
Gue        : Kata-kata itu sering gue ucapin kalo lagi nasehatin orang!!! hahahaha.
J             : Hahahaha. Sehati ya kita? Itu lo bisa nasehatin orang. Masa nasehatin diri sendiri gak bisa.
Gue        : Gampangan nasehatin orang tau! Haha. Eh pintu kamar gue udah diketok-ketok nyokap nih suruh saur. Gue off yeee..
J             : Yaaaah,, baru jam setengah 4, Ta... entar aja saurnya.
Gue        : Harus bareng sekeluarga nih. Adat keluarga. Hehehe.
J             : Yaah... nomor HP lo dong
Gue        : 08561222XXX
J             : Siaaaap.. Selamat berpolitik pangan dimeja makan.. haha
Gue        : Jah, Oke Tuan Parpol! Hahaha
J             : Haha. Putri Iklan!
Gue        : Sial

Offline... Matiin Laptop. Saur.

Biiip      
From      : 085774345XXX
Putri Iklan hahaha

To           : 085774345XXX
Hahaha saur lo.

Biiip
From      : 085774345XXX
Iya, cuma konfirmasi nomor dulu sebelum saur.

To           : 085774345XXX
Konfirmasi diterima Tuan

Great chat diwaktu begadang. Hahaha. Pencerahan banget, kayaknya bakal nambah nih satu temen sharing yang asik. Thanks Jaka.

Jumat, 20 Juli 2012

Kangeeen Bondoool... :p



Great Escape


Biiip....

From : +6281166XXXXX
Aku didepan sekarang.. kamu kesini.

Hmm.. nomor gak dikenal. Siapa sih sms gue pagi-pagi? Ada didepan? Duhh... siapa sih? Penasaran.... oke, bales...

To : +6281166XXXXX
Siapa?

Biiip....

From : +6281166XXXXX
JUNA

Hahhh? Juna? Ah gak mungkin... pasti gue salah baca... tapi bener nih tulisannya J.U.N.A (dibaca : Juna). Ahhh, mungkin orang iseng kali yaaa... gak mungkin Juna nih.. bales lagi gak ya??? Hmmm.. gak usah!

Biiip....

From : +6281166XXXXX
Lama banget, aku rada lupa rumah kamu, makanya aku tunggu didepan. Kesini dong sekarang.

Oh God, ini bener Juna!
Didepan? Juna ada di depan gang rumah gue nih? Arjuna Bramandita Bumi kan?  Ngapain dia ada didepan gang gue? gak mungkin dia cuma sekedar lewat dan mampir. Domisili dia yang jauh sekali itu kan gak memungkinkan untuk sekedar ‘mampir’ ke Jakarta, ke rumah gue.

Tiiiinnn... tiiiinnn....
Bunyi klakson Ford Ranger dideket gue tiba-tiba bikin konsentrasi gue sedikit terganggu.  Tapi gue gak peduli. Gue tetep fokus nyari Juna. Kepala gue muter-muter ke kanan dan ke kiri. Mana sih nih Juna??
Cik atuh ari di klakson teh minggir! haha...” Juna nongol dari jendela Ford Ranger yang tadi ngelaksonin gue, dan dia langsung ketawa ngakak begitu ngeliat tampang blo’on gue.
“Aaaahhh... Juna... dari tadi dicariin juga! Kirain gue naik si biji nangka! Haha. Aduh!” gue segera berlari kecil kearah Juna dan berjabat tangan biasa, tawa gue karena mengingat si biji nangka (motor tua milik Juna) tiba-tiba berhenti seketika saat Juna menepuk kening gue dengan cukup kencang. “Turun dong Jun....”
“Gak mau, Kamu yang naik. Udah mandi kan? Ayo kita jalan-jalan!” Juna tetap duduk dibelakang setir mobilnya, dagunya ia sandarkan dikaca jendela mobil, terlihat begitu manja (tapi menjijikan).
Escape from teacher lagi nih ceritanya?”
“Bukan, tapi sweet escape.. haha. Udah ah, cepet masuk!” Juna membukakan pintu dari dalam. Gue segera masuk dan duduk manis.
“Sekarang nyetir sendiri nih? Si Mamang mana?? Hihi. Kok bisa ada di Jakarta sih? Kapan nyampe? Trus sekarang kuliahnya di sana juga kan?? Apa udah pindah lagi ke Jakarta nih??”. Tanpa titik gue segera meluncurkan beberapa pertanyaan untuk Juna. Setengah gak percaya liat Juna ada disamping gue sekarang. Ada didepan mata gue! isn’t a dream.
“Hahaha... bisa lah... Juna gitu...” Jawab Juna singkat.
“Gila, gue nanya banyak kenapa jawabnya gitu doang? huh!”
“Hahaha.. sifat kamu gak berubah sampe sekarang... hmmm... penampilan juga gak berubah... Jeans robek-robek sama T-shirt.... oia, plus sendal jepit! Haha. Muka juga masih polos tanpa bedak... But you look so sweet with long hair now...”
Muka gue merah, kesel campur tengsin campur tersipu.. haha. Juna, please, lo terlalu dini untuk menilai apakah gue sudah berubah atau belum. “Berubah kok Jun berubah, gue udah berubah sekarang.. gue dandan kok sekarang kalo pergi... bajunya juga rapi... baju cewek... bener...  malah pake high hills terus.. hehe” Jawab gue spontan.
“Mana buktinya? Sekarang aja nggk kan?? Hahaha. Tipuuuuu!” Tangan kiri Juna ngacak-ngacak rambut gue.
“Aduh! Ya, ini kan lo mendadak ngajaknya, mana sempet gue dandan! Ah, kenapa jadi ngomongin gue??  Gue kan tadi nanya lo. Kok bisa nyampe Jakarta? Udah lama apa gimana? Kabarnya kuliah disana juga, bener?”
“Nyampe Jakarta sih emang niat mau nyamperin kamu, dari kemaren aku udah di Indonesia kok, cuma di Bandung, biasa kumpul keluarga sebelum puasa. Kuliah juga lagi libur. Kangen ya? haha”
Setelah hampir tiga tahun gak ketemu ternyata Juna makin dewasa, makin tinggi, makin pinter, dan lebih keliatan laki. Dulu, waktu gue kuliah semester satu, gue pacaran sama Juna yang masih kelas satu SMA. Berhubung dia pindah sekolah ke Kuala Lumpur, gue pun putus sama dia. 

Sekarang, setelah tiga tahun tidak bertatap muka, entah kenapa gue sedikit merasa asing dengan sosok Juna yang ada didepan mata gue. Juna yang gue kenal itu imut, manja, manis, lugu dan rapiiiih banget kalo pake baju. Gak kayak yang ada disamping gue sekarang ini, pake celana Jeans pendek dan belel, kaos hitam polos yang bergantungkan kacamata hitam tepat dibagian lehernya, sepatu Vans hitam yang masih keliatan baru beli, dan... percaya atau tidak, rambutnya gondrong dan sedikit berantakan! Kayak Armand Maulana di video clip ‘Pintu Sorga’nya Gigi! Mana rambut kelimis ala Mafia Italiano-mu itu, nak? Haha.
Tapi walau kelihatan asing buat gue, dia tetep Juna yang gampang banget membuat suasana kaku menjadi cair dan hangat. So, sepanjang perjalanan gue dan Juna asik ngobrol ini itu, becanda dan nyanyi-nyanyi merdu didalam mobil. Gak beda jauh dengan dulu waktu gue masih pacaran sama Juna, bedanya sekarang Juna nyetir mobilnya sendiri. Gak disupirin lagi sama si Mamang, supir pribadi keluarga Bramandita (bapaknya Juna) yang setia tiada tara itu. Yang dengan tabah menunggu Juna pulang sekolah didepan halaman parkir, yang dengan setia menunggu gue dan Juna yang lagi asik maen Timezone, yang dengan setia menjemput gue saat gue pulang kuliah dan mengantarkan gue pulang kerumah. Ya walaupun semua itu atas perintah ‘Den Juna’-mu itu, tapi saya yakin Mamang menjalankannya dengan setulus hati. Rasanya pengen banget saliman dan sungkem cium tangan Mamang seraya berkata “Terimakasih atas baktimu selama ini, Mang.” Dengan mata yang berbinar sekaligus berkaca-kaca, setumpuk rindu pada Mamang muncul didalam benak gue. :’)
Atas pemberitaan dari Juna, ternyata Mamang masih setia mengabdi di keluarganya. “Ya paling sekarang ikutnya sama Ayah terus, soalnya sekarang Ayah yang lebih butuh Mamang. Gue sama Rama kan udah pada gede, mandiri dan ganteng luar biasa, jadi gak perlu apa-apa dibantu Mamang lagi. Hahaha.” Pengen banget rasanya gue nyumpel mulut Juna yang lagi ketawa lebar pake sempak bayi gorila. Pede mampus nih orang!
Hm, tadi Juna nyebut siapa? Rama? Ha! Ternyata kabar orang super cool  ini baik-baik saja. Yang tidak baik hanyalah kuliahnya. Drop Out dari fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia setelah dengan semena-mena tidak menghadiri beberapa mata kuliah yang ada. Ya ampun Kak Rama, pikir deh, berapa ribu orang yang mau banget masuk UI tapi gagal terus. Lo udah dikasih berkah diterima di UI, malah disia-siain. Tapi balik lagi deh, setiap orang bebas memilih jalan hidupnya, bukan urusan gue juga kalo Kak Rama memilih asik dengan dunia musik dan menanggalkan pendidikannya. Good luck Rama Bramandita Bumi yang sekarang mungkin lagi asik mimi cucu capi di Jepang sana. Jepang itu sebelahnya Jember ya? Paaak!!! *Nampar muka sendiri.

Gak nyangka udah sejauh ini gue sama Juna melaju. Tol Cipularang menjadi bukti kalo gue bakal dibawa kabur ke Bandung sama Juna. Dan dia hanya ketawa kekeh ketika gue masang tampang memelas supaya acara jalan-jalan ke Bandung dadakannya ini di batalin. Plis Juna, look at me. Gue gak mau jalan-jalan ke Bandung cuma pake Jeans robek-robek plus T-shirt yang kegedeaan gini. Oke gpp, seenggaknya biarkan gue pake sepatu kets butut gue, gue gak mau pake sendal jepit Swalow ini. Dan hal terburuk adalah gue gak bawa dompet, gak bawa HP, gak bawa tas dan gak pamit dulu sama Mamah dan Bapak. 
I catch you! Hahaha” kata Juna dengan penuh kemenangan. Asli, gue takut diculik beneran jadinya. Juna yang merhatiin muka gue yang rada panik langsung menenangkan dan bilang kalo dia cuma pengen gue nemenin dia jalan seharian ini dan berjanji gak akan pulangin gue di atas jam 10 malem. He said “aku kangen pengen jalan sama kamu.”, dan Voila... Juna berhasil bikin gue nyerah dan bilang ‘iya deh’ karena gue gak tega ngeliat muka dia yang sangat-sangat innocent memohon-mohon penuh tipu daya.
Setelah sarapan sekaligus makan siang di McD Dago, tanpa ngobrol dan santai-santai dulu, Juna langsung pergi dari hadapan gue, dia bilang mau ke toilet sebentar. Tapi ternyata Juna berdusta!! Gila! ke toilet ngapain sampe hampir setengah jam gak balik-balik gini? Please Jun, jangan tinggalkan aku seoarang diri dengan tidak membawa uang sama sekali, dan lo harus inget Jun, gue gak bawa HP untuk ngirim SMS ke elo yang berbunyi “LO DIMANA?? GUE MERANA NIH SENDIRIAN DI RESTORAN SIAP SAJI ALA BARAT YANG BAUNYA GAK ENAK INI. GUE BUTUH LO UNTUK MENGANTARKAN GUE PULANG. SEENGGAKNYA LO NINGGALIN ONGKOS BUAT GUE PULANG SENDIRI KALO LO MAU PERGI! CEPET BALIK KESINI!!! ATAU GUE LAPORIN POLISI ATAS TINDAK PIDANA PENCULIKAN DAN PENELANTARAN!”. Tapi sayang sekali itu nggak bisa gue lakukan. Karena... Aku gak bawa hapeeeee... *dengan intonasi seperti peran wanita didalam iklan provider yang dibintangi oleh Sutisna atau Sule Stepen.
Dengan tergopoh-gopoh Juna masuk dari pintu masuk McD dengan membawa bungkusan berbetuk kotak cukup besar. Sambil nyengir kuda Juna minta maaf ke gue dan menyodorkan bungkusan berisi kotak yang dia bawa itu. Sepasang Kappa merah berukuran 37! “Sebenernya kamu lebih pantes ngegembel gitu, tapi aku gak tega liat kamu jalan dengan sendal jepit yang kegedean. Yaaa, imbalan atas rasa bersalah aku juga sih karena udah ngajak kamu jalan-jalan dadakan.” Ya Tuhan, Juna ternyata pergi untuk ngebeliin gue sepatu ini. Gue kesel, tapi seneng. Lo masih seperti dulu, Jun. Penuh dengan kejutan. Ketemu dan jalan sama lo lagi aja udah cukup bikin gue terkejut. Kalo di tambah kets merah gratis ini sih gue bukannya terkejut doang. Tapi suka. Hehe

Bandung memang menjadi salah satu kota favorit gue, apalagi ditambah cerita-cerita pengalaman gue di Bandung juga menjadi salah satu scene yang gak bisa gue lupain di hidup gue. ‘It was amazing’ kalo kata Agnes Monica yang sedang mengomentari kontestan Indonesian Idol setelah menampilkan performa yang memukau diatas panggung. Begitu juga Bandung buat gue. AMAZING.
Dan jalan-jalan seharian di Bandung sama Juna memperpanjang list hal yang gak bisa gue lupain dari Kota Kembang. Berada dari jam 11.00 WIB sampe Adzan Magrib berkumandang cukup bikin gue lelah tapi seneng. Gimana gak cape? Macet-macetan di Dago bikin semua orang yang gak sabar akan mengalami efek samping efek samping tertentu, yang gondrong bisa langsung jadi botak dan yang tadinya botak bisa langsung gondrong plus tumbuh jenggot tebal dan bulu ketek rimbun. Untungnya gue bareng sama Juna, jadi masih bisa dibawa fun. Dan menjamah outlet-outlet di Cihampelas bikin rasa cape berubah jadi seru, apalagi ngeliat betapa jail dan rusuhnya Juna menggoda mojang Bandung dengan tampang sok kece. Sedikit risih sih ngeliat Juna kayak manas-manasin gue gitu, tapi buat gue itu gak ngaruh, yang ada itu malah bikin gue ketawa ngakak gak berenti-berenti. Jijik gitu gue liatnya. Haha. Belom lagi waktu gue sama Juna masuk ke salah satu outlet yang ternyata akang-akang penjaganya tuh kasep-kasep pisan, dan ngeliat Juna yang minder sama akang-akang kasep nan perkasa ini gue cuma bisa nahan ketawa ampe mules.  
Gue gak pernah ngerasa seseru ini jalan sama ‘mantan’, mungkin karena orang yang jadi ‘mantan’ gue ini adalah Juna. Gak seperti kebanyakan ‘mantan’ yang ketemu ‘mantannya’ yang masih disayangin, Juna gak serta merta jadi melankolis dan ngomongin kalo dia masih cinta dan ngajak ‘balikan’. Hal terlebay yang pernah gue denger dari Juna setelah putus sama gue adalah ucapan “aku kangen”. Just it. Kan kebanyakan cowok yang berkesempatan ketemu lagi sama mantannya yang masih disayangin pasti akan bilang “...aku masih sayang sama kamu, aku mau kita kayak dulu, aku gak bisa kehilangan kamu.” Ciaaaat! JEGEEEER!!! Pengen banget ditampol gak sih cowok kayak gini? Haha. Kebayakan nonton sinetron nih pasti. Ayolah, man. lo gak perlu bilang kayak gitu, percaya atau nggak, cewek tuh gak akan luluh dengan kata-kata macam itu, yang ada il-feel setengah mati malahan. Soalnya itu bikin lo keliatan sangat-sangat lemah, man. Kalo lo masih sayang, gak perlu kok lo bilang kayak gitu, santai aja, bersikaplah seperti biasa, seperti sama temen aja, toh akan ada sisi yang gak bisa ditutupin kok, dan seorang cewek itu punya feeling yang kuat untuk membaca sisi itu. Trust me. *tsaaahhh...haha.

Melewati jalan Soekarno-Hatta di kota kembang ini bikin gue tiba-tiba jadi melankolis, terlebih ketika gue ngelewatin Rumah Sakit Islam yang beralamat tepat dijalan ini. Semua mengingatkan gue sama satu nama, satu nama yang udah tenggelam sangat dalam di hati gue dan dengan gampangnya meluluh lantakan isi dalam hati gue ini, lalu pergi begitu saja. Woow! Its so dramatic! But you must know, its reality.
Kenapa sih Jun harus lewat sini setelah tadi kita have fun? Bikin melow gue ini mah. Jalan ini terlalu menyakitkan buat gue. Terlalu penuh dengan kenangan emosional yang gak seharusnya gue rasain lagi. Jalan ini menjadi bukti betapa gue bisa menjadi setengah gak waras karena... cinta... jalan ini menjadi saksi dimana gue sudah diperbudak oleh... cinta... dan jalan ini juga yang menjadi titik dimana gue sadar bahwa yang namanya cinta itu selalu berakhir menyakitkan. Ya, selalu. Karena setiap orang pasti akan merasakan sakit karena cinta. Tidak ada cinta yang tidak berakhir menyakitkan. Cinta itu bercerita tentang air mata. Selalu. Bahkan sepasang manusia yang hidup bahagia dengan cinta bertahun-tahun pun akan terluka dan sakit kala salah satu diantara mereka harus pergi meninggal dunia mendahului yang lainnya. Cinta itu menyakitkan. Pertanyaannya adalah, untuk siapa anda rela di sakiti? Dan untuk siapa anda rela berkorban? Dan jalan Soekarno-Hatta ini adalah saksi dimana gue sudah menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu. Bagaimana dengan anda?
Aduuuhhh, kenapa gue jadi ngomongin cinta gini? Junaaaaa.... kenapa pulangnya mesti lewat Soekarno-Hatta sih? Kenapa pulangnya malah lewat Cileunyi gini?? Ahhh.. Pikasebeleun!

       But at least. Terlepas dari betapa lo menyebalkan kerena menuntun gue melewati Cileunyi yang penuh dengan kenangan ini, gue mau mengucapkan terimakasih banyak atas sweet escape-nya, tapi buat gue ini bukan sweet escape Jun, ini great escape.. masa-masa sweet sama lo itu udah lewat, atau mungkin emang gak pernah ada kali ya? Gue suka banget sama lo, gue suka cara berpacaran lo yang santai tapi care, yang penuh kejutan tapi gak berlebihan dengan kata-kata manis, gue suka jingkrak-jingkrakan sama lo waktu nonton Java Rockinland, gue suka waktu kita maen toyor-toyoran karena memperdebatkan sesuatu yang gak penting atau memang hanya sekedar becanda, gue suka ketika lo dengan polosnya nyebut gue gembel (ya jelas lah, tingkat sosial ekonomi kita tuh beda jauh pisan atuh Tuan Arjuna Bramandita Bumi, tapi elo ya tetap elo yang gak pernah mempermasalkan soal itu), bahkan setelah tiga tahun gak ketemu dan tau-tau lo sudah mengalami banyak perubahan, gue tetep suka sama lo. Tapi kalo cinta.. nggak kayaknya... dari dulu sampe sekarang masih nggak, Jun.. but you’r special for me. Pake telor bebek lima deh pokoknya! Hahaha.