Minggu, 01 Juli 2012

Identifikasi Perasaan. It's Hard


Terlalu dini jika saya harus mengidentifikasikan perasaan saya saat ini setelah beberapa waktu lalu merasakan sakit akibat.... cinta (entah mengapa saya sedikit risih menyebutkan kata itu).
Hati saya mungkin sudah lelah jika harus larut dalam arus kekecewaan rasa. Sekarang, dengan sendirinya, hati saya mengobati lukanya. Sakitpun kini tidak lagi saya rasakan, perihpun tidak, hanya saja.... seperti kehilangan sesuatu... atau..... entahlah..
Sakit memang jelas saya rasakan saat itu. Jelas. Bahkan ketika saya mencurahkan isi hati perihal masalah percintaan saya yang terlampau rumit itu pada beberapa teman, mereka selalu mengerti mengapa saya begitu terluka. Hanya saja saya tidak mengerti mengapa sebagian dari mereka seringkali mengatakan bahwa saya adalah perempuan yang kuat yang mampu bertahan diatas luka itu. Kuat apanya? Saya begitu terpuruk! Asal kalian tau saja itu.
Tapi mungkin pendapat-pendapat itu muncul karena saya tidak terbiasa mengekspresikan keterpurukan yang saya alami didepan orang lain, maka dari itu saya hanya bisa menangis sejadi-jadinya didalam kamar. Sendiri! Dan ketika saya kembali berada dalam sebuah forum atau perkumpulan, mau tidak mau saya harus terus berusaha agar seperti tidak terjadi apa-apa, Everything is okay. Walau saya sering merasa usaha itu gagal. Karena bagaimanapun pasti berbeda dimana Ita yang sedang ‘baik-baik’ saja, dengan Ita yang sedang ‘berusaha baik-baik’ saja.
Sudahlah, toh itu kan beberapa waktu yang lalu ketika saya sedang merasakan sakit karena..... cinta... (aduh! Kenapa saya harus menyebutkannya lagi?). Sekarang, setiap saya mengingat pahitnya kisah lalu, tidak ada lagi terbesit rasa sakit. Mungkin ini karena saya telah berhasil mengontrol hati saya agar tidak melulu peka terhadap rasa sakit dan kecewa itu. Ya, mungkin!
Saya belum berani menyimpulkan hal lain selain kemungkinan diatas. Karena saya sendiri belum bisa mendefinisikan apakah rasa ini timbul karena saya sudah tidak lagi mencintainya atau sudah berhasil melupakannya. Saya tidak kuasa untuk merangkum arti cinta yang ada didalam benak saya ini. Saya tidak yakin apakah rasa cinta pada R sudah menghilang atau masih ada. Ya Tuhan, kenapa saya banyak menyebutkan cinta di paragraf ini?? Bahkan saya sudah terbiasa menuliskan kata itu, kata ‘cinta’. Cinta. Cinta. Cinta. Cinta. Cinta. Cinta. Cinta. Cinta. Ahhh..
Dimana Rangga-nya???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar